MENGAPA ABDURRAHMAN BIN AUF BISA MENJADI PEBISNIS SUKSES? DAN APA RAHASIANYA?
Sejarah islam mencatat Abdurrahman bin Auf sebagai salah satu dari sahabat Nabi yang memiliki kekayaan berlimpah. Dia dikenal kaya, pengusaha brilian, sekaligus ringan tangan dalam bersedekah.
Dalam dunia bisnis, reputasinya nyaris tak tertandingi, bahkan, dia sampai-sampai dijuluki dengan sebutan "sahabat Nabi yang bertangan emas".
Sebutan itu seolah mempertegas bahwa apa yang dipegang Abdurrahman bin Auf akan berubah menjadi emas. Dengan kata lain, bisnis apapun yang dijalani menuai keberhasilan dan mendatangkan keuntungan berlimpah.
Berkat kepiawaiannya dalam berbisnis, orang-orang dimasa itu mengumpamakan seandainya dia mendapatkan sebongkah batu, maka dibawahnya terdapat emas dan perak.
Apa sejatinya kunci sukses Abdurrahman bin Auf dalam berbisnis hingga dia dijuluki "sahabat Nabi yang bertangan emas"?
Sekilas tentang Abdurrahman bin Auf
Sebelum islam datang dia dikenal bernama Abd Amr. Dia masuk islam dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam. Dia termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk islam. Setelah dia masuk islam, Rasululllah kemudian memanggil dengan nama Abdurrahman bin Auf.
Sebelum islam datang dia dikenal bernama Abd Amr. Dia masuk islam dua hari setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam. Dia termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk islam. Setelah dia masuk islam, Rasululllah kemudian memanggil dengan nama Abdurrahman bin Auf.
Abdurrahman bin Auf mengalami ujian keimanan. Dia diancam, didera siksaan oleh orang-orang kafir Quraisy. Tapi dia teguh dan tabah. Hingga akhirnya, perintah Hijrah datang.
Dia pun ikut rombongan kaum muslimin Hijrah ke Habasyah, Tapi dia kembali lagi ke Mekkah. Saat itu Rasulullah mendapat perintah Allah untuk Hijrah ke Madinah, dia lagi-lagi tak mau ketinggalan.
Setelah Hijrah ke Madinah itu, Abdurrahman bin Auf sebetulnya termasuk sahabat Nabi yang beruntung. Dia diikatkan lewat tali persaudaraan oleh Rasulullah dengan orang Anshar yang di kenal kaya. orang itu tak lain adalah Sa'ad bin Rabi Al-Anshari.
Tali persaudaraan itu membuat Sa'ad tak keberatan membantu Abdurrahman bin Auf dalam berniaga. Abdurrahman bin Auf lantas dipersilahkan mengambil sebagian harta yang dimiliki Sa'ad untuk bisa digunakan berdagang. Tapi apa reaksi dan jawaban Abdurrahman bin Auf? Dengan halus, dia menolak uluran tangan saudaranya, "Cukup tunjukkanlah kepadaku dimana letak pasar di kota ini!“
Sa'ad kemudian membawa pergi Abdurrahman bin Auf ke pasar kota Madinah. Setelah tahu pasar kota Madinah, Abdurrahman bin Auf pun memulai berbisnis di pasar tersebut.
Tak butuh waktu lama, Abdurrahman bin Auf berhasil mengumpulkan uang. Karena merasa telah mampu, dan telah memiliki cukup uang untuk menikah, dia kemudian menemui Rasulullah.
Rasululllah kemudian bertanya kepada Abdurrahman bin Auf, "Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?"
"Emas seberat biji kurma, " jawab Abdurrahman bin auf.
Rasulullah meminta Abdurrahman bin Auf menggelar walimah walau hanya dengan satu kambing.
"Laksanakanlah walimah, walau hanya dengan menyembelih seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu".
Janji Allah bahwa orang menikah akan mendapatkan kemudahan dan bisa menjadi kaya memang benar. setelah menikah, kehidupan Abdurrahman bin Auf pun berubah drastis. Kehidupan Abdurrahman bin Auf semakin Makmur.
Ia dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi yang sukses dalam berbisnis dan sekaligus paling kaya. Tetapi, kesuksesan itu tidak membuat Abdurrahman bin Auf lupa untuk berbagi. Apalagi untuk urusan jihad di jalan Allah.
"Apakah kau telah meninggalkan uang belanja untuk istrimu?"
Tatkala perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mengulurkan tangan dengan menyerahkan dua ratus Uqiyah emas. Apa yang diserahkan oleh Abdurrahman bin Auf itu terbilang banyak, sampai-sampai Umar merasa tertegun, dan diliputi rasa penasaran.
Tatkala perang Tabuk, Abdurrahman bin Auf mengulurkan tangan dengan menyerahkan dua ratus Uqiyah emas. Apa yang diserahkan oleh Abdurrahman bin Auf itu terbilang banyak, sampai-sampai Umar merasa tertegun, dan diliputi rasa penasaran.
Apakah Abdurrahman bin Auf tidak meninggalkan sedikit pun buat keluarganya? Umar kemudian mengutarakan hal itu kepada Rasulullah.
"Apakah kau telah meninggalkan uang belanja untuk istrimu?" Tanya Rasulullah kepada Abdurrahman bin Auf.
"Ya," jawab Abdurrahman bin Auf. "Mereka telah kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang telah aku dermakan."
"Berapa?" tanya Rasulullah.
"Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah."
Selain dalam perang Tabuk, dalam kesempatan lain Abdurrahman bin Auf juga telah mendermakan sebagian besar harta yang dimiliki. Dalam kitab usudul Ghoba, disebutkan total sedekah Abdurrahman bin Auf saat dia masih hidup sebanyak 80.000 dinar, sedekah berupa onta perang sebanyak 1000 ekor, menyediakan tanah bagi istri-istri Rasulullah senilai 40.000 dinar.
Bukan itu saja, ketika dia meninggal sempat mewariskan limpahkan harta untuk sedekah antara lain:
untuk keperluan fi sabilillah sebesar 50.000 dinar,
untuk tunjangan veteran perang Badar 40.000 dinar,
berwasiat kendaraan dan perlengkapan logistik perang, berupa 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, 1300 ekor kambing.
untuk keperluan fi sabilillah sebesar 50.000 dinar,
untuk tunjangan veteran perang Badar 40.000 dinar,
berwasiat kendaraan dan perlengkapan logistik perang, berupa 1000 ekor unta, 100 ekor kuda, 1300 ekor kambing.
Beberapa kira-kira dana yang dikeluarkan Abdurrahman bin Auf itu jika diuangkan dalam masa sekarang ini? sungguh tak terbayangkan!
Itu dana yang terlihat, belum lagi uluran tangan Abdurrahman bin Auf yang didermakan secara sembunyi-sembunyi. Rupanya, kekayan yang dimilikinya tidak membuat Abdurrahman bin Auf lupa diri. Itulah yang membuat kekayaannya bertambah, dan berkah.
Pelajaran Bisnis dari Abdurrahman bin Auf
Sekilas dari kisah hidup Abdurrahman bin Auf di atas, ada beberapa rahasia bisnis yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran.
Sekilas dari kisah hidup Abdurrahman bin Auf di atas, ada beberapa rahasia bisnis yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran.
pertama
Mandiri, Setelah Hijrah ke Madinah, dia mendapatkan tawaran modal. Tetapi, dia memilih untuk mandiri; mulai bisnis dari nol. Disini Abdurrahman bin Auf seakan ingin mengingatkan kepada kita semua bahwa dalam bisnis itu modal bukan segalanya.
Mandiri, Setelah Hijrah ke Madinah, dia mendapatkan tawaran modal. Tetapi, dia memilih untuk mandiri; mulai bisnis dari nol. Disini Abdurrahman bin Auf seakan ingin mengingatkan kepada kita semua bahwa dalam bisnis itu modal bukan segalanya.
Lantas, apa yang penting? Bagi Abdurrahman bin Auf, dia cukup tahu letak pasar. Dia lalu mulai berniaga, dan akhirnya berhasil.
Kedua
Bersandar kepada Allah; Dari kisah tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan: Abdurrahman bin Auf bersandar kepada Allah dalam memulai bisnis.
Bersandar kepada Allah; Dari kisah tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan: Abdurrahman bin Auf bersandar kepada Allah dalam memulai bisnis.
Bantuan dari orang lain memang bisa membantu dalam bisnis, tetapi bantuan dari Allah adalah hal penting dan tidak bisa dinafikan. karena itulah, dalam menjalani bisnis, Abdurrahman bin Auf tidak lupa diri dan dibuai oleh urusan bisnis. Abdurrahman bin Auf tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah, dan tidak meninggalkan shalat.
Ketiga
Tekun, gigih dan pantang menyerah: Tak ada pengusaha atau saudagar sukses jaman Nabi yang berpangku tangan menanti rezeki yang turun dari langit, melainkan gigih dan pantang menyerah.
Tekun, gigih dan pantang menyerah: Tak ada pengusaha atau saudagar sukses jaman Nabi yang berpangku tangan menanti rezeki yang turun dari langit, melainkan gigih dan pantang menyerah.
Itulah yang dipraktekkan oleh Abdurrahman bin Auf saat memulai niaga dipasar Madinah. Bangun fajar dan memulai usaha pagi hari. karena di pagi hari itu ada berkah. Sebab sebagaimana doa yang dipanjatkan Rasulullah, "Ya Allah, berkahilah umatku di waktu pagi."
Keempat
Tidak banyak mengambil untung; Suatu hari, sebagaimana dikisahkan dalam kitab Ihya ulumuddin, Abdurrahman bin Auf pernah ditanya, Apa yang menyebabkanmu bisa mudah dalam berdagang?"
Tidak banyak mengambil untung; Suatu hari, sebagaimana dikisahkan dalam kitab Ihya ulumuddin, Abdurrahman bin Auf pernah ditanya, Apa yang menyebabkanmu bisa mudah dalam berdagang?"
Abdurrahman bin Auf menjawab, "Ada tiga hal;
pertama aku tidak pernah menolak niaga yang mendatangkan keuntungan walaupun sedikit,
kedua aku tidak pernah menunda-nunda pesanan satu hewan pun.
ketiga aku tidak menjual dengan cara riba."
pertama aku tidak pernah menolak niaga yang mendatangkan keuntungan walaupun sedikit,
kedua aku tidak pernah menunda-nunda pesanan satu hewan pun.
ketiga aku tidak menjual dengan cara riba."
Kelima
Jujur dan teguh memegang janji; Abdurrahman bin Auf selalu mengingat apa yang telah dipesankan dengan keras oleh Rasulullah bahwa seorang pedagang itu harus jujur. sebab jujur itu akan mengantarkan seseorang pebisnis meraih kesuksesan.
Jujur dan teguh memegang janji; Abdurrahman bin Auf selalu mengingat apa yang telah dipesankan dengan keras oleh Rasulullah bahwa seorang pedagang itu harus jujur. sebab jujur itu akan mengantarkan seseorang pebisnis meraih kesuksesan.
Selain itu, dia teguh memegang janji. karena itu, sebagaimana dikisahkan diatas, dia tidak mau ingkar janji bahkan menunda-nunda pesanan satu hewan pun.
Keenam
Tidak lupa sedekah dan bayar zakat, sebab dalam sedekah dan zakat itu tersimpan keberkahan. Tidak ada sejarah yang mencatat orang yang sedekah dan membayar zakat kemudian jatuh miskin. Sebaliknya, justru rezeki itu bertambah dan berlipat.
Tidak lupa sedekah dan bayar zakat, sebab dalam sedekah dan zakat itu tersimpan keberkahan. Tidak ada sejarah yang mencatat orang yang sedekah dan membayar zakat kemudian jatuh miskin. Sebaliknya, justru rezeki itu bertambah dan berlipat.
Wallahu a’lam bis-shawab