Menu
Propellerads

Monday, December 4, 2017

WEJANGAN-WEJANGAN PARA KHAWAS



Menurut bahasa kata khawas adalah golongan mukmin yang beramal semata-mata karena Allah,

keseharian para khawas tak perlu disangsikan lagi pengabdiannya kepada khalayak luas,  dan berikut ada beberapa wejangan dari para khawas, untuk dapat kita petik pelajaran darinya


Niat
Dari sayidina Ali
Sesungguhnya Allah SWT memasukkan ke dalam surga disebabkan oleh ketulusan niat dan hati yang saleh siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.

Barangsiapa yang tidak memujimu atas niat yang baik, maka dia tidak berterima kasih kepadamu atas pemberian yang baik.

Barangsiapa membaikkan niatnya, maka Allah akan menjadikan baik lahiriahnya.
Jika perkataan keluar dari hati, maka ia akan berpengaruh terhadap hati; dan jika ia keluar dari lidah, maka ia tidak akan mencapai telinga.

Janganlah engkau merendahkan seseorang karena kejelekan rupanya dan pakaiannya yang usang, karena sesungguhnya Allah Ta‘ala & hanya memandang apa yang ada dalam hati dan membalas segala perbuatan.

Tidak ada agama bagi yang tidak memiliki niat.


Qana'ah (kepuasan) 
1. Imam 'Ali ra pernah ditanya tentang firman Allah Ta'ala: Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (QS 16:97), Imam `Ali a.s. menjawab, “la adalah qana`ah (kepuasan).”

2. Buah (hasil) dari qana'ah adalah kenyamanan.

3. (Qana'ah adalah) menjaga apa yang ada di tanganmu lebih engkau cintai daripada meminta apa yang ada di tangan orang lain.

4. Orang merdeka adalah budak selama dia tamak, sedangkan budak adalah orang yang merdeka selama dia qana'ah.

5. Janganlah engkau malu memberi (bersedekah) walaupun itu sedikit, karena tidak memberi itu lebih sedikit.

6. Kefakiran dan kekayaan keluar berkeliling, lalu keduanya bertemu dengan qana'ah, maka keduanya menetap (bersama).

7. Jika kekayaan bertambah, maka berkuranglah selera.

8. Tidak ada perbendaharaan yang lebih berharga daripada qana'ah.

9. Kekayaan yang paling besar adalah meninggalkan banyak keinginan.

Rendah Hati
1. Rendah hati (tawadhu) adalah suatu kenikmatan yang tidak dimengerti oleh orang yang dengki.

2. Sombong terhadap orang-orang yang sombong adalah tawadhu itu sendiri.

3. Rendah hati termasuk salah satu cara mendapatkan kemuliaan.

4. Rendah hati membawa kepada keselamatan.

5. Tidak ada nasab (yang lebih mulia) seperti rendah hati.

6. Buah dari rendah hati adalah (mendapatkan) kecintaan.

7. Kerendahhatian seseorang di saat dia memiliki kedudukan menjadi perlindungan baginya ketika dia mengalami kejatuhan.

8. Temuilah orang-orang ketika mereka butuh kepadamu dengan keceriaan dan kerendahhatian. Maka, jika engkau terkena suatu musibah dan keadaan buruk menimpamu, lalu engkau bertemu dengan mereka, maka engkau telah aman dan terlepas dari bahaya kehinaan karena kerendahhatianmu itu.

9. Orang-orang golongan atas, jika mereka terdidik, mereka rendah hati; dan jika mereka menjadi miskin, mereka menyerang.

10. Imam ‘Ali a.s. berkata kepada seseorang yang memuji-mujinya secara berlebihan, sementara kesetiaannya kepada beliau diragukan, “Aku tidak seperti yang kaukatakan, dan ‘di atas’ apa yang engkau sembunyikan di dalam hatimu.”

11. Orang yang rendah hati seperti jurang yang di dalamnya berhimpun air hujan dan air hujan lainnya, sedangkan orang yang sombong seperti bukit yang tidak menetap di dalamnya air hujannya dan air hujan yang lainnya.

12. Jika engkau telah melakukan segala sesuatu, maka jadilah seperti orang yang tidak melakukan apa pun.

Zuhud
1. Zuhud seluruhnya terdapat di antara dua kalimat dari ayat Alqur’an. Allah SWT berfirman: supaya kamu tidak berduka atas apa yang luput darimu, dan tidak terlalu gembira atas apa yang diberikan Nya kepadamu (QS 57:23) . Maka, barangsiapa yang tidak berduka atas apa yang telah lewat, dan tidak terlalu bergembira dengan yang didapat, dia telah mengambil zuhud dalam kedua sisinya (secara sempurna).

2. Zuhud di dunia adalah pendek angan-angan, bersyukur ketika mendapatkan nikmat, dan menjauhi segala hal yang haram.

3. Zuhud adalah perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

4. Tidak akan binasa orang yang hemat, dan tidak akan menjadi miskin orang yang zuhud.

5. Seutama-utama zuhud adalah menyembunyikan zuhud.

6. Zuhud adalah kekayaan.

7. Orang yang zuhud terhadap dinar dan dirham adalah lebih mulia daripada dinar dan dirham.

8. Zuhudlah di dunia, niscaya Allah akan memperlihatkan kepadamu aib-aib dunia itu, dan janganlah engkau lalai, maka sesungguhnya engkau bukanlah orang yang tidak mengerti akan dirimu sendiri.

9. Beruntunglah orang-orang yang zuhud di dunia; yang merindukan kehidupan akhirat. Mereka adalah orang-orang yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan, tanahnya sebagai tilamnya, airnya untuk bersuci, Alqur’an sebagai syiarnya, dan do’a sebagai bantalnya. Kemudian mereka meninggalkan dunia sama sekali sebagaimana yang ditempuh al-Masih (`Isa a.s.).

10. Kekayaan yang paling mulia adalah meninggalkan banyak keinginan.

11. Sesungguhnya orang-orang yang zuhud di dunia, hati mereka menangis walaupun mereka tertawa, kesedihan mereka bertambah wa laupun mereka berbahagia, dan mereka membenci diri mereka wa laupun mereka senang dengan rezeki yang dikaruniakan kepada mereka.

12. Tidak ada kezuhudan (yang lebih utama) seperti kezuhudan terhadap segala hal yang haram.

13. Imam `Ali a.s. berkata dalam menyifati orang-orang yang zuhud, “Mereka adalah orang-orang yang tinggal di dunia, tetapi mereka bukan termasuk penghuninya; mereka hidup di dunia, tetapi mereka seperti yang bukan berasal dari dunia.”

14. Jika engkau tidak membutuhkan sesuatu, maka tinggalkanlah ia dan ambillah yang engkau butuhkan saja.

Budi Pekerti Yang Baik
Dari sayidina Ali
Budi pekerti yang mulia ada sepuluh: dermawan, malu, jujur, menyampaikan amanat, rendah hati (tawadhu), cemburu, berani, santun, sabar, dan syukur.
1. Tiga macam orang yang tidak diketahui kecuali dalam tiga situasi: (pertama), tidak diketahui orang pemberani kecuali dalam situasi perang. (Kedua), tidak diketahui orang yang penyabar kecuali ketika sedang marah. (Ketiga), tidak diketahui sebagai teman kecuali ketika (temannya) sedang butuh.

2. Janganlah sekali-kali engkau menjadi orang yang keburukannya lebih kuat daripada kebaikannya, kekikirannya lebih kuat daripada kedermawanannya, dan kekurangannya lebih kuat daripada kebajikannya.

3. Pandanglah buruk pada dirimu apa yang engkau pandang buruk pada selainmu.

4. Semulia-mulia nasab adalah akhlak yang baik.

5. Tidak ada teman yang seperti akhlak yang baik, dan tidak ada harta warisan seperti adab.

6. Hendaklah engkau ridha akan perlakuan orang-orang terhadapmu sama seperti engkau ridha atas perlakuanmu terhadap mereka.

7. Adab adalah pusaka yang terbaik.

8. Jika engkau menyukai akhlak yang mulia, maka hendaklah engkau menjauhi segala hal yang haram.

9. Tidak adanya adab adalah sebab segala kejahatan.

10. Perjalanan adalah ukuran akhlak.

11. Kasihanilah orang-orang fakir yang sedikit kesabarannya, kasihanilah orang-orang kaya yang sedikit syukurnya, dan kasihanilah semua karena lamanya kelalaian mereka.

12. Kemuliaan keturunan yang paling tinggi adalah akhlak yang baik.

13. Ketakwaan adalah akhlak yang utama.

14. Akhlak yang baik adalah sebaik-baik teman.

15. Kalau segala sesuatu harus dipisah-pisahkan, maka dusta tetap bersama takut, kejujuran bersama keberanian, santai bersama keputusasaan, kelelahan bersama kerakusan, penolakan bersama ketamakan, dan kehinaan bersama utang.

16. Hendaklah kalian menjaga adab. Sebab, jika kalian raja, pasti kalian akan melebihi raja-raja yang lain; jika kalian penengah, pasti kalian akan dapat mengatasi (yang lain); dan jika kehidupan kalian miskin, pasti kalian akan dapat hidup (terhormat) dengan adab kalian.

17. Pilihlah untuk diri kalian, dari setiap kebiasaan, yang paling bagusnya, karena sesungguhnya kebaikan merupakan kebiasaan.

18. Semulia-mulia raja adalah yang tidak dicampuri kesombongan dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sekaya-kaya orang adalah yang tidak tertawan oleh ketamakan. Sebaik-baik kawan adalah yang tidak menyulitkan kawan-kawannya. Dan sebaik-baik akhlak yang paling dapat membantunya dalam ketakwaan dan ke-wara `-an (kehati-hatian dalam beragama).

19. Seseorang tidak akan menjadi mulia sehingga dia tidak peduli dengan pakaian yang mana saja dia muncul (di tengah-tengah masyarakatnya).

20. Adab adalah pakaian yang senantiasa baru.

Menutupi Aib
Beruntunglah orang yang lebih disibukkan oleh aibnya sendiri daripada mengurusi aib-aib orang lain. Beruntunglah orang yang tidak mengenal orang-orang dan orang-orang pun tidak mengenalnya. Dan beruntunglah orang yang hidup, tetapi dia seperti orang yang mati; dan dia ada, tetapi dia seperti orang yang tidak ada. Dia telah menjadikan tetangganya terbebas dari kebaikan dan keburukannya. Dia tidak pernah bertanya tentang orang-orang, dan orang-orang pun tidak pernah bertanya tentang dirinya.

Maka hendaklah seseorang di antara kalian menjauhkan diri dari aib orang lain yang diketahuinya karena dia mengetahui aib dirinya sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri dengan bersyukur karena kesehatan yang diberikan Allah kepadanya, sementara orang lain mendapatkan cobaan dengannya (ditimpa penyakit).

Maka bagaimana seorang pencela, yaitu yang mencela saudaranya dan mencemooh dengan musibah yang menimpa saudaranya itu? Apakah dia tidak ingat bahwasanya Allah telah menutupi dosa-dosanya, padahal dosanya itu lebih besar daripada dosa saudaranya yang dicela itu?

Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecilmu itu.


Berhati-hati
1. Dengan kelemah lembutan kebutuhan akan dapat diperoleh, dan dengan berhati-hati akan mudah segala hal yang dikehendaki.

2. Pilihlah untuk sumber air mu.

3. Meneliti adalah keharusan.

4. Tergesa-gesa dalam segala urusan akan menghasilkan kesusahan, penyebab utama penyesalan, menghilangkan kekesatriaan, cela pada akal, dan bukti akan kelemahan akidah (keyakinan).

5. Orang yang berfikir (sebelum melakukan sesuatu) akan berhasil mencapai tujuan atau hampir, sedangkan orang yang tergesa-tergesa akan menemui kegagalan atau hampir.

6. Barangsiapa yang dalam urusannya berada pada posisi tidak memikirkan akibatnya, maka dia telah menghadapkan dirinya pada musibah yang besar.

7. Menggerakkan yang diam lebih mudah daripada mendiamkan yang bergerak.

8. Hindarilah olehmu:
"Aku duga...", "Aku kira..", dan "Aku berpendapat..."

9. Tahanlah dirimu dari suatu jalan jika engkau khawatir akan tersesat di dalamnya. Sebab, menahan diri ketika ragu akan tersesat lebih baik daripada menaiki sesuatu yang menakutkan.

10. Di antara taufik adalah berhenti ketika ragu.

Mengekang Nafsu
1. Perangilah hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian memerangi musuh-musuh kalian

2. Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap syahwatnya serta penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang diharamkan), dan penolakan atas apa yang menjadikan mata berkeinginan memandangnya, maka di situlah terletak pahala dan siksaan.

3. Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.

4. Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang membantumu untuk menghindar darinya adalah pengetahuanmu bahwasanya ia berupaya mengalihkan perhatian akalmu, mengacaukan pendapatmu, mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan urusanmu, dan memberatkanmu dengan akibat yang akan engkau tanggung di akhirat. Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan, menghilanglah kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri tegak dan dunia tidak akan menjadi baik kecuali dengan kesungguhan.

5. Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.

6. Kepada Allahlah kami berharap agar Dia memperbaiki apa yang rusak dari hati kami, dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan untuk memberikan petunjuk pada jiwa kami. Sebab, hati berada di tangan-Nya, Dia mengaturnya sesuai yang Dia kehendaki.

7. Orang yang baik adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan menolaknya dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak seperti itu.

8. Janganlah engkau menuruti nafsumu dan perempuan, dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik

9. Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginannya.
Share This

Previous Post
Next Post
Unknown

Written by

Related Posts

0 comments:

Terima Kasih
Telah bersedia meluangkan waktu untuk mengunjungi samudramakrifat.blogspot.com

Atau jika anda ingin mendapatkan artikel terbaru dari samudramakrifat.blogspot.com silahkan masukkan E-mail anda kedalam kolom "IKUTI LEWAT EMAIL"

Dan sebelum Anda meninggalkan halaman ini, silahkan masukkan "KOMENTAR" Anda