Menu
Propellerads

Thursday, August 31, 2017

KISAH UWAIS ALQARNI - PEMUDA ISTIMEWA DI MATA RASULULLAH
Unknown

KISAH UWAIS ALQARNI - PEMUDA ISTIMEWA DI MATA RASULULLAH


UWAIS ALQARNI

 Nama uwais al-qarani memainkan peranan penting dalam biografi mistikal nabi.

"Sesungguhnya aku merasakan nafas ar-Rahman, nafas dari Yang Maha Pengasih, mengalir kepadaku dari Yaman!” Demikian sabda Nabi SAW tentang diri Uwais, yang kemudian dalam tradisi  tasawuf menjadi contoh bagi mereka yang memasuki tasawuf tanpa dituntun oleh sang guru yang hidup.





Para sufi yang mengaku dirinya telah menempuh jalan tanpa pemba’iatan formal kemudian disebut dengan istilah uwaisi

Mereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, atau telah ditasbihkan oleh wali nabi yang misterius, Khidhir.

Uwais yang bernama lengkap Uwais bin Amir al-Qarani berasal dari Qaran,
sebuah desa terpencil di dekat Nejed.
Tidak diketahui kapan beliau dilahirkan,
Ia dilahirkan oleh keluarga yang taat beribadah,
Ia tidak pernah mengenyam pendidikan kecuali dari kedua orang tuanya yang sangat  di taatinya.

Untuk membantu meringankan beban orang tuanya, ia bekerja sebagai penggembala dan pemelihara ternak upahan.
Dalam kehidupan kesehariannya ia lebih banyak menyendiri dan bergaul hanya dengan sesama penggembala di sekitarnya.

Oleh karenanya, ia tidak dikenal oleh kebanyakan orang disekitarnya, kecuali para tuan pemilik ternak dan sesamanya, para penggembala.

Hidupnya amat sangat sederhana,
Pakaian yang dimiliki hanya yang melekat di tubuhnya,
Setiap harinya ia lalui dengan berlapar-lapar ria.

Ia hanya makan buah kurma dan minum air putih,
dan tidak pernah memakan makan yang dimasak atau diolah.
Oleh karenanya, ia merasakan betul derita orang-orang kecil disekitarnya.

Tidak cukup dengan empatinya yang sedemikian, rasa takutnya kepada Allah mendorongnya untuk selalu berdoa kedapa Allah :

"ya Allah, jangan Engkau menyiksaku, karena ada yang mati karena kelaparan, dan jangan menyiksaku karena ada yangkedinginan"


Ketaatan dan kecintaannya kepada Allah, juga termanifestasi dalam kecintaannya dan ketaatannya kepada Rasulullah dan kepada kedua orang tuanya, sangat luar biasa.


Di siang hari, ia bekerja keras, dan dimalam hari, ia asik bermunajat kepada Allah swt.
Hati dan lisannya tidak pernah lengah dari berdzikir dan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, meskipun ia sedang bekerja.

Ala kulli hal, ia selalu berada bersama Tuhan, dalam pengabdian kepada-Nya.
Rasulullah saw menuturkan keistimewaan Uwais di hadapan Allah kepada Umar dan Ali bahwa dihari kiamat nanti, disaat semua orang dibangkitkan kembali, Uwais akan memberikan syafaat kepada sejumlah besar umatnya, sebanyak jumlah domba yang dimiliki Rabbiah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak).

Karena itu, Rasulullah menyarankan kepada mereka berdua agar menemuinya, menyampaikan salam dari Rasulullah, dan meminta keduanya untuk mendoakan keduanya, yang digambarkan bahhwa Uwais memiliki tinggi badan yang sedang dan berambut lebat, dan memiliki tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan telapak tangannya.

Sejak Rasulullah menyarankan keduanya untuk menemuinya, sejak itu pula keduanya selalu penasaran ingin segera bertemu dengan Uwais.

Setiap kali Umar maupun Ali bertemu dengan rombongan orang-orng Yaman, ia selalu berusaha mencari tahu dimana keberadaan Uwais dari rombongan yang ditemuinya. Namun, keduanya selalu gagal mendapatkan informasi tentang Uwais.

Barulah setalah Umar diangkat menjadi khalifah, informasi tentang Uwais keduanya perolih dari serombongan orang Yaman, “Ia tampak gila, tinggal sendiri dan tidak brgaul dengan masyarakat.

Ia tidak makan apa yang dimakan oleh kebanyakan orang,
dan tidak tampak susah atau senang.
Ketika orang-orang tersenyum ia menangis, dan ketika orang-orang menangis ia tersenyum”. Demikian kata rombongan orang-orang Yaman tersebut.

Mendengar cerita orang-orang Yaman tersebut,
Umar dan Ali segera berangkat menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang-orang Yaman tadi.




Akhirnya, keduanya bertemu dengan Uwais di suatu tempat terpencil.
Abi Naim al-Afshani menuturkan dialog yang kemudian terjadi antara Umar dan Ali dengan Uwai al-Qarani sebagai berikut:

umar : Apa yang anda kerjakan disini ?

uwais : Saya bekerja sebagai penggembala

umar : Siapa nama Anda?

uwais : Aku adalah hamba Allah

umar : Kita semua adalah hamba Allah, akan tetapi izinkan kami untuk mengetahui anda lebih dekat lagi

uwais : Silahkan saja.

umar dan ali : Setelah kami perhatikan, andalah orang yang pernah diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada kami. Doakan kami dan berilah kami nasehat agar kami beroleh kebahagiaan dunia dan di akherat kelak.

uwais : Saya tidak pernah mendoakan seseorang secara khusus. Setiap hari saya selalu berdoa untuk seluruh umat Islam. Lantas siapa sebenarnya anda berdua?

ali : Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul Mu’minin, dan saya adalah Ali bin Abi Thalib. Kami berdua disuruh oleh Rasulullah SAW untuk menemui anda dan menyampaikan salam beliau untuk anda.

umar : Berilah kami nasehat wahai hamba Allah

uwais : Carilah rahmat Allah dengan jalan ta’at dan penuh harap dan bertawaqal kepada Allah.

umar :Terimakasih atas nasehat anda yang sangat berharga ini. Sebagai tanda terima kasih kami, kami berharap anda mau menerima seperangkat pakaian dan uang untuk anda pakai.

uwais : Terimakasih wahai Amirul mu’minin. Saya sama sekali tidak bermaksud menolak pemberian tuan,
tetapi saya tidak membutuhkan apa yang anda berikan itu,
Upah yang saya terima adalah 4 dirham itu sudah lebih dari cukup,
Lebihnya saya berikan kepada ibuku,
dan tidak makan makanan yang di masak,
Kurasa hidupku tidak akan sampai petang hari dan kalau petang,
kurasa tidak akan sampai pada pagi hari,
Hatiku selalu mengingat Allah dan sangat kecewa bila sampai tidak mengingat-Nya.

Ketika orang-orang Qaran mulai mengetahui kedudukan spiritualnya yang demikian tinggi di mata Rasulullah saw, mereka kemudian berusaha untuk menemui dan memuliakannya.

Akan tetapi, Uwais yang sehari-harinya hidup penuh dengan kesunyian ini,
diam-diam meninggalkan mereka dan pergi menuju Kufah,
melanjutkan hidupnya yang sendiri.
Ia memilih untuk hidup dalam kesunyian,
hati terbatas untuk yang selain Dia.
Tentu saja, “kesunyian” disini tidak identik dengan kesendirian (pengasingan diri).

Hakekat kesendirian ini terletak pada kecintaanya kepada Tuhan.
Siapa yang mencintai Tuhan, tidak akan terganggu oleh apapun, meskipun ia hidup ditengah-tengah keramaian.

Alaisa Allah-u bi Kafin abdahu? Setelah seorang sufi bernama Harim bin Hayyam berusaha untuk mencari Uwais setelah tadak menemukannya di Qaran.
Kemudian ia menuju Basrah.

Di tengah perjalanan menuju Basrah inilah, ia menemukan Uwais yang mengenakan jubah berbulu domba sedang berwudhu di tepi sungai Eufrat. Begitu Uwais beranjak naik menuju tepian sungai sambil merapikan jenggotnya.

Harim mendekat dan memberi salam kepadanya.
Uwais : menjawab: “ Wa alaikum salam”, wahai Harim bin Hayyan.
Harim terkejut ketika Uwais menyebut namanya.
“Bagaimana engakau mengetahui nama saya Harim bin Hayyan?’ tanya Harim.


 "Rohku telah mengenal rohmu ", 

demikian jawaban Uwais. Uwais : kemudian menasehati Harim untuk selalu menjaga hatinya. Dalam arti mengarahkannya untuk selalu dalam ketaatan kepada-Nya melalui mujahadah, atau mengarahkan “dirinya “ untuk mendengar dan mentaati kata hatinya.

Meski Uwais menjalani hidupnya dalam kesendirian dan kesunyian,
tetapi pada saat-saat tertentu ia ikut berpartisipasi dalam kegiatan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah.

Ketika terjadi perang Shiffin antara golongan Ali melawan Muawiyah, Uwais berdiri di golongan Ali.
Saat orang islam membebaskan Romawi, Uwais ikut dalam barisan tentara Islam.
Saat kembali dari pembebasan tersebut,
Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu juga. (t.39 H).

Demikianlah sekelumit tentang Uais al-Qarani, kemudian hari namanya banyak di puji oleh masyarakat.
Yunus Emre misalnya memujinya dalam satu sajak syairnya :
Kawan tercinta kekasih Allah;
Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani. Dia tidak berbohong ;
dan tidak makan makan haram Di tanah Yaman,
Uwais al-Qarani Di pagi hari ia bangun dan mulai bekerja,
Dia membaca dalam dzikir seribu satu malam Allah;
Dengan kata Allahu Akbar dia menghela unta-unta Di tanah Yaman,
Uwais alQarani Negeri Yaman
“negeri di sebelah kanan “,
negeri asal angin sepoi-sepoi selatan yang dinamakan nafas ar-rahman,
Nafas dari Yang Maha Pengasih,
yang mencapai Nabi dengan membawa bau harum dari ketaatan Uwais al-Qarani,
sebagaimana angin sepoi-sepoi sebelumnya yang mendatangkan keharuman yang menyembuhkan dari kemeja Yusuf kepada ayahnya yang buta. Ya’kub (QS, 12: 95),
telah menjadi simbul dari Timur yang penuh dengan cahaya,
tempat dimana cahaya muncul,
yang dalam karya Suhrawadi menggambarkan rumah keruhanian yang sejati.
“Negeri di sebelah kanan “ itu adalah tanah air Uwais al-Qarani yanag memeluk Islam tanpa pernah betemu dengan nabi.




Hikmah Yamaniyyah, “Kebijaksanaan Yaman,” dan Hikmah Yamaniyyah,”filosofi Yunani”, bertentangan,
sebagaimana makrifat intuitif dan pendekatan intelektual,
sebagaimana Timur dan Barat.
Doa dan Dzikir Satu hal yang perlu digarisbawahi dari diri Uwais al-Qarani,
kemudian menjadi landasan dalam tareqat-tareqat sufi,

Selain baktinya yang luar biasa terhadap kedua orang tuanya dan sikap zuhudnya,
adalah doa dan dzikirnya.
Uwais tidak pernah berdoa khusus untuk seseorang,
tetapi selalu berdoa untuk seluruh umat kaum muslim.

Uwais juga tidak pernah lengah dalam berdzikir meskipun sedang sibuk bekerja,
mengawasi dan menggiring ternak-ternaknya.
Doa dan dzikir bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Hakekatnya adalah satu.

Sebab, jelas doa adalah salah satu bentuk dari dzikir, dan dzikir kepada–Ku hingga ia tidak sempat bermohon (sesuatu) kepada-Ku,
maka Aku akan mengaruniakan kepadanya sesuatu yang terbaik dari yang diminta orang yang berdoa kepada-Ku”.

Uwais selalu bedoa untuk seluruh muslimin.
Doa untuk kaum muslim adalah salah satu bentuk perwujudan dari kepedulian terhadap “urusan kaum muslim”.

Rasulullah saw. Pernah memperingatkan dengan keras: Siapa yang tidap peduli dengan urusan kaum muslim, maka ia tidak termasuk umatku.”

Dalam hal ini, Rasulullah saw menyatakan bahwa permohonan yang paling cepat dikabulkan adalah doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan dan mendahulukan doa untuk selain dirinya.
Dan Uwais lebih memilih untuk medoakan seluruh saudaranya seiman.

Suatu ketika Hasan bin Ali terbangun tengah malam dan melihat ibunya, Fatimah az-Zahra, sedang khusu’ berdoa.
Hasan yang pensasaran ingin tahu apa yang diminta ibunya dalam doanya berusaha untuk menguping.

Namun Hasan agak sedikit kecewa,
karena dari awal hingga akhir doanya,
ibunya, hanya meminta pengampunan dan kebahagian hidup untuk seluruh kaum muslimin di dunia dan di akhirat kelak.

Selesai berdoa, segera Hasan bertanya kepada ibunya perihal doanya yang sama sekali tidak menyisakan doanya untuk dirinya sendiri.
Ibunya tersenyum, lalu menjawab bahwa apapun yang kita panjatkan untuk kebahagiaan hidup kaum muslim,
hakekatnya, permohonan itu akan kembali kepada kita.

Sebab para malaikat yang menyaksikan doa tersebut akan berkata:
 “Semoga Allah mengabulkanmu dua kali lipat.”


Dari prinsip tersebut, para sufi kemudian menarik suatu prinsip yang lebih umum yang padanya bertumpu seluruh rahasia kebahagiaan.
Apa yang kita cari dalam kehidupan ini,
harus kita berikan kepad orang lain.

Jika kebajikan yang kita cari, berikanlah;
 jika kebaikan, berikanlah;
jika pelayanan, berikanlah.

Bagi para sufi, dunia adalah kubah, dan perilaku seseorang adalah gema dari pelaku yang lain.
Secuil apapun kebaikan yang kita lakukan, ia akan kembali.
Jika bukan dari seseorang, ia akan datang dari orang lain. Itulah gemanya.

Kita tidak mengetahui dari mana sisi kebaikan itu akan datang,
tetapi ia akan datang beratus kali lipat dibanding yang kita berikan.

Demikianlah, berdoa untuk kaum muslim akan bergema di dalam diri yang tentu saja akan berdampak besar dan positif dalam membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan spiritual seseorang.

Paling tidak, doa ini akan memupus ego di dalam diri yang merupakan musuh terbesar,
juga sekalihgus akan melahirkan dan menanamkan komitmen dalam diri
“rasa Cinta”dan “prasangka baik”terhadap mereka, yang merupakan pilar lain dari ajaran sufi,
sebagai manifestasi cinta dan pengabdian kepada Allah swt.

Uwais tidak pernah lengah untuk berdzikir, mengingat dan mnyebut-nyebut nama Allah meskipun ia sedang sibuk mengurus binatang ternaknya.
Dzikir dalam pengertiannya, yang umum mencakup ucapan segala macam ketaatan kepada Allah swt.
Namun yang dilakukan Uwais disini adlah berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah dan meningat Allah, juga termasuk sifat-sifat Allah.



Ibn Qayyim al-Jauziyyah ketika memaparkan berbagai macam faedah dzikir dalm kitabnya “al-wabil ash-shayyab min al-kalim at-thayyib” menyebutkan bahwa:

yang paling utama pada setiap orang yang bramal adalah yang paling banyak berdzikir kepad Allah swt.
Ahli shaum yang paling utama adalah yang paling banyak dzikirnya;
pemberi sedekah yang paling baik adalah yang paling banyak dzikirnya;
ahli haji yang paling utama adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah swt;
dan seterusnya, yang mencakup segala aktifitas dan keadaan.

Syaikh Alawi dalam “al-Qawl al-Mu’tamad,” menyebutkan bahwa:
mulianya suatu nama adalah kerena kemuliaan pemilik nama itu,
sebab nama itu mengandung kesan sipemiliknya dalam lipat tersembunyi esensi rahasianya dan maknanya.

Berdzikir dan mengulang-ulang Asma Allah, Sang Pemilik kemuliaan, dengan demikian, tak diragukan lagi akan memberikan sugesti, efek, dan pengaruh yang sangat besar.

Al-Ghazali menyatakan bahwa yang diperoleh seorang hamba dari nama Allah adalah ta’alluh (penuhanan),
yang berarti bahwa hati dan niatnya tenggelan dalam Tuhan,
sehingga yang dilihat-Nya hanyalah Dia.

Dan hal ini, dalam pandangan Ibn Arabi, berarti sang hamba tersebut menyerap nama Allah, yang kemudian merubahnya dengan ontologis.

Demikianlah, setiap kali kita menyerap asma Allah lewat dzikir kepada-Nya,
esensi kemanusiaan kita berubah. Kita mengalami tranformasi.
Yang pada akhirnya akan membuahkan akhlak al-karimah yang merupakan tujuan pengutusan rasulullah Muhammad saw.

Dilihat dari sudut pandang psikologis sufistik, pertama-tama dzikir akan memberi kesan pada ruh seseorang,
membentuknya membangun berbagai kualitas kebaikan, dan kekuatan inspirasi yang disugestikan oleh nama-nama itu.

Dan mekanisme batiniah seseorang menjadi semakin hidup dari pengulangan dzikir itu, yang kemudian mekanisme ini berkembang pada pengulangan nama-nama secara otomatis.

Jadi jika seseorang telah mengilang dzikirnya selama satu jam misalnya,
maka sepanjang siang dan malam dzikir tersebut akan terus berlanjut terulang,
karena jiwanya mengulangi terus menerus.
Pengulangan dzikir ini, juga akan terefleksi pada ruh semesta, dan mekanisme universal kemudian mengulanginya secara otomatis.

Dengan kata lain, apa yang didzikirkan manusia dengan menyebutnya berulang-ulang. Tuhan kemudian mulai mengulanginya, hingga termaterialisasi dan menjadi suatu realita di semua tingkat eksistensi.

Wallahu a’lam bis-shawab.


Continue reading →

Monday, August 21, 2017

Al-Hikam Pasal 10: Ikhlas Adalah Ruh Amal
Unknown

Al-Hikam Pasal 10: Ikhlas Adalah Ruh Amal

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

salawat dan salam untuk nabi muhamad salallahu alayhi wasalam beserta keluarga dan para sahabatnya

bismillahirramanirrahim

Al-Hikam: Ikhlas Adalah Ruh Amal - Dalam kitab Al-Hikam, Syaikh Ahmad bin Muhammad Athaillah menjelaskan sebagai berikut:








٭ الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها ٭

"Amal perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang roh [jiwanya], ialah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu."

Amal ialah,  geraknya badan lahir atau hati.

amal itu digambarkan sebagai tubuh/jasad.

sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya.

yakni, badan tanpa ruh berarti mati.

amal lahir atau amal hati itu bisa hidup hanya dengan adanya ikhlas.
Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”
albayyinah 5.
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya.”
Az-zumar 2.

Imam Hasan Al-Bashari, barkata:
“Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a. tentang ikhlas,

beliau menjawab:
Aku pernah bertanya kepada Rasululloh SAW ikhlas itu apa,

beliau menjawab:
Aku pernah menanyakan tentang ikhlas itu kepada malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab:

Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Allah Rabbul 'Izzaah, dan IA menjawab:

"IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg Kutitipkan di hati hambaKU yg Aku cintai."

Ikhlas itu berbeda/bertingkat sesuai dengan perbedaan orang yang beramal.

Keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan amal perbuatan itu telah bersih dari pada riya' yang nampak ataupun yang tersembunyi,

sedang tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya ,dan supaya diselamatkan dari neraka-Nya.

Keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Allah,
yang beramal hanya karena mengagungkan Allah,
karena hanya Alloh dzat yang wajib di Agungkan,
tidak karena pahala atau selamat dari siksa neraka.

Sayyidah Robi’ah al-‘Adawiyyah bermunajat pada Allah:

"Ya Allah, saya beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga tidak karena cinta dengan surgamu"
Perkataan ini masih menganggap dirinya yang beribadah(mengaku bisa beribadah).

Keikhlasan orang –orang yang sudah Ma’rifat kepada Allah.
Mereka selalu melihat kepada Allah,
gerak dan diamnya badan dan hatinya itu semua atas kehendak Allah, mereka tidak merasa kalau bisa beramal,
kecuali diberi pertolongan oleh Allah, tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri.
Continue reading →

Saturday, August 19, 2017

PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENYOMBONGKAN AMAL
Unknown

PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENYOMBONGKAN AMAL



assalam mu'alaykum warohmatullahi wabarokatu
salawat dan salam untuk baginda rasul muhamad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya

bismillahirahmannirahim

TERJEMAH ALHIKAM


JANGAN MENYOMBONGKAN AMALMU



٭ رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ ٭


”Terkadang Allah membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada Allah”.

   Taat itu terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti ujub (bangga dengan amalnya) dll.

Sedangkan dosa itu terkadang di ikuti dengan merasa hina dirinya dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya,

dan menjadikan dia meminta ampun kepada Allah sehingga menjadi sebab Allah mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Allah.

Abu hurairah ra. berkata:

Bersabda Nabi saw. “Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menyingkikan (mematikan)kamu,
dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Allah,
lalu di ampuni oleh Allah.

٭ مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً ٭

”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Allah,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

 Merasa hina, rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Allah.

Syeikh Abu Madyan berkata:
inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I

Perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa,

"itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat".

Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di kerjakan sebelumnya.

Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Allah, yang menyebabkan keselamatan pada dirinya.

As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin Ayyud:

bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid.

Maka ketika pelacur itu mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata:

"pergi kau dari sini"

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Allah) telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu.
Maka berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.

Al-harits Al-muhasiby berkata:

Allah menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan batinnya(hati),

maka apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri,

maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Allah dari si aabid dan alim.

Ada pula kisah: seorang aabid bani israil sedang sujud,

tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata:
angkat kakimu, Demi Allah aku tidak akan mengmpunkan engkau.

Maka allah menjawab:

Hai orang yang bersumpah atas namaKu,

bahkan engkau tidak diampunkan karena kesombonganmu.

Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar disisi Allah, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni Allah.
Continue reading →

Thursday, August 17, 2017

HAL-HAL YANG DAPAT MENJEMPUT DAN MENDATANGKAN RIZKI
Unknown

HAL-HAL YANG DAPAT MENJEMPUT DAN MENDATANGKAN RIZKI

Salawat dan salam untuk baginda rasul muhamad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya

bismillahiramannirahim


TERJEMAH TA'LIM MUTA'ALLIM

( بِسْمِ الله الرحمَنِ الحيمِ )

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا يرد القدر إلا بالدعاء، ولا يزيد فى العمر إلا البر، فإن الرجل ليحرم من الرزق بذنب يصيبه.     ثبت بهذا الحديث أن إرتكاب الذنب سبب حرمان الرزق خصوصا الكذب فإنه يورث الفقر, وقد ورد فيه حديث خاص

Rasulullah saw bersabda : ‘Hanyalah do’a yang merubah taqdir, dan hanyalah kebaktian yang bisa menambah usia. Dan sesungguhnya lantaran perbuatan dosanya, rizki seseorang menjadi tertutup. Terutama berbuat dusta adalah mendatangkan kefakiran, sebagaimana dalam hadist lain, secara khusus telah dikemukakan.



وكذا نوم الصبحة يمنع الرزق, وكثرة النوم تورث الفقر, وفقر العلم أيضا. قال القائل شعرا:
سرور الناس فى لبس اللباس     وجمع العلم فـى ترك النعاس
وقال:        أليس مــــــن الحزن أن لياليا     تمر بلا نفع وتخسر من عمر
وقال أيضا:    قـــــم الليل يا هذا لعلك ترشد     إلى كم تنام الليل والعمر ينفد
Demikian pula, tidur di pagi hari dan banyak tidur, keduanya mengakibatkan kemelaratan harta. Dan juga kemelaratan ilmu. Penyair berkata:
Kebahagian hati terletak pada memakai sandangan
Tidak mengantuk, jadi kuncinya ilmu terkumpulkan
Bukankah kerugian, jikalau telah bermalam-malaman
Tanpa manfaat umur berjalan
Jagalah di malam hari, mungkin di sini tiba petunjukmu
Berapa malam engkau tidur melulu
Sedang umurmu ikut berlalu

والنوم عريانا, والبول عرينا، والأكل جنبا, والأكل متكئا على جنب, والتهاون بسقوط المائدة, وحرق قشر البصل والثوم, وكنس البيت فى الليل بالمنديل, وترك القمامة فى البيت, والمشي قدام المشايخ, ونداء الوالدين باسمهما, والخلال بكل خشبة, وغسل اليدين بالطين والتراب, والجلوس على العتبة, والاتكاء على أحد زوجي الباب, والتوضؤ فى المبرز, وخياطة الثوب على بدنه, وتجفيف الوجه بالثوب, وترك العنكبوت فى البيت, والتهاون فى الصلاة, وإسراع الخروج من المسجد بعد صلاة الفجر, والإبتكار بالذهاب إلى السوق, والابطاء فى الرجوع منه, وشراء كسرات الخبز من الفقراء, والسؤال, ودعاء الشر على الوالد, وترك تخمير الأوانى وإطفاء السراج بالنفس:     كل ذلك يورث الفقر, عرف ذلك بالآثار



Tidur dengan telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub atau sambil bertelekan, membiarkan sisa makanan berserakan, membakar kulit berambang atau dasun, menyapu lantai dengan kain, atau di waktu malam, Membiarkan sampah berserakan mengotori rumah, lewat di depan pini sepuh, Memanggil orang tua tanpa gelar (seperti pak, mas, dan sebagainya.) membersihkan sela gigi dengan benda kasar, melumurkan debu atau debu pada tangan, duduk di beranda pintu, bersandar pada daun pintu, berwudhu di tempat orang istirahat, menjahit pakaian yang sedang di pakai, menyeka muka dengan kain, membiarkan sarang lebah berada dirumah, meringankan shalat, bergegas keluar masjid setelah shalat Shubuh, pergi ke pasar pagi-pagi, membeli makanan dari peminta-minta, mendo’akan buruk kepada anak, membiarkan wadah tidak tertutupi, mematikan lampu dengan meniup, kesemuanya itu dapat mendatangkan kepakiran sebagaimana yang diterangkan dalam atsar.

وكذا الكتابة بالقلم المعقود، والامتشاط بالمشط المنكسر، وترك الدعاء للوالدين، والتعمم قاعدا، والتسرول قائما، والبخل والتقتير، والإسراف، والكسل والتوانى والتهاؤن فى الأمور. وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: استنزلوا الرزق بالصدقة

Dan Lagi : Menulis dengan pena rusak, menyisir dengan sisir yang rusak, tidak mau mendo’akan bagus kepada orang tua, memakai serban sambil berdiri, memakai celana sambil duduk, kikir, terlalu hemat, atau berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta, bermalasan dan menunda atau menyepelekan suatu urusan semuanya membuat fakir seseorang. Rasulullah saw bersabda : “Himbaulah datangnya rizki dengan cara bersedekah.”

والبكور مبارك يزيد فى جميع النعم خصوصا فى الرزق.    وحسن الحظ من مفاتيح الرزق وبسط الوجه وطيب الكلام يزيد فى الحفظ والرزق. وعن الحسن بن على: كنس الفناء وغسل الإناء مجلبة للغنى.

Bangun pagi-pagi itu di berkahi dan membawa berbagai macam kenikmatan, khususnya rizki. Bisa menulis bagus itu adalah pintu rizki. Air muka berseri dan tutur kata manis akan menambah banyak rizki. Disebut dari Al-Hasan bin Ali ra.: “Menyapu lantai dan mencuci wadah, menjadi sumber kekayaan”.



وأقوى الأسباب الجاذبة للرزق إقامة الصلاة بالتعظيم والخشوع، وتعديل الأركان وسائر واجباتها وسننها وآدابها، وصلاة الضحى فى ذلك معروفة، وقراءة سورة الواقعة خصوصا فى الليل وقت النوم، وقراءة الملك، والمزمل، والليل إذا يغشى وألم نشرح لك، وحضور المسجد قبل الأذان، والمداومة على الطهارة، وأداء سنة الفجر والوتر فى البيت. وأن لا يتكلم بكلام الدنيا بعد الوتر

Penyebab terkuat untuk memperoleh rizki adalah melakukan shalat dengan rasa ta’dzim, khusu, dengan menyempurnakan segala rukun, wajib, sunah dan adabnya. Demikian pula melakukan shalat dhuha, seperti yang telah dikenal. Juga membaca surat waqi’ah, khususnya di malam hari sewaktu orang tertidur; membaca surat Al-Mulk, Al-Muzammil, Al-lail dan Al-insyirah; telah datang di mesjid sebelum dikumandangkan adzan; selalu suci; melakukan shalat sunat sebelum shubuh; dan melakukan shalat witir di rumah, lalu jangan berbicara urusan dunia sesudahnya dilakukan.

ولا يكثر مجالسة النساء إلا عند الحاجة

Termasuk penyebabnya lagi, yaitu jangan terlampau banyak bergaul dengan wanita, kecuali bila ada keperluan yang baik.

وأن لا يتكلم بكلام لغو. وقيل: من اشتغل بما لا يعنيه فاته ما يعنيه. قال بزرجمهر: إذا رأيت الرجل يكثر الكلام فاستيقن بجنونه.

Jangan pula omong kosong yang tidak berguna untuk agama dan dunianya. Ada dikatakan : “siapa yang tersibukkan oleh perbuatan yang tanpa guna bagi dirinya.” Maka yang semestinya akan berguna menjadi terlewat darinya. “Bazarjamhar berkata: “Bila melihat orang yang banyak bicara, percayalah ia telah gila.”

وقال على رضى الله عنه: إذا تم العقل نقص الكلام.
قال المصنف رحمه الله : واتفق لى فى هذا المعنى شعرا:
إذا تم عقل المرء قل كلامـــه    وأيقن بحمق المرء إن كان مكثرا
النطق زين والسكوت سلامة    فإذا نطقت فلا تكون مكــــــــــثرا
ما ندمت على سكوت مــــرة    ولقد ندمت على الكلام مــــــرارا

Ali ra telah berkata : “Bila telah sempurna akal pikiran, maka menguranglah ucapan.” Pengarang kitab berkata : kugubah syi’ir yang bersesuaian dengan ma’na perkataan itu:
Jikalau orang berakal sempurna, sedikitkan bicara
Bila seorang banyak bicara
Dialah tolol yakini dia
Lain orang berkata :
Bicara adalah hiasan, diam itu keselamatan
Bila kamu berbicara, makanya jangan berlebihan
lantaran diam, engkau menyesal, tapi sekali
karena omong, kamupun menyesal berkali-kali

وأما ما يزيد فى الرزق:    أن يقول كل يوم بعد انشقاق الفجر إلى وقت الصلاة: سبحان الله العظيم وبحمده، سبحان الله العظيم وبحمده، وأستغفر الله العظيم وأتوب إليه مائة مرة، وأن يقول: لا إله إلا الله الملك الحق المبين كل يوم صباحا ومساء مائة مرة.

Diantara perbuatan yang menambah rizki lagi, adalah membaca do’a di waktu antar terbit fajar hingga masuk waktu shalat. Do’anya yaitu : Subhannallahil wabihamdihi astagfirullahu wa atubu ilaihi.
Artinya : (Maha Suci Allah Maha Agung, Maha Suci Allah dan dengan pujin-Nya, kumohon ampunan dan bertobat kepada-Nya) berulang 100 kali.

وأن يقول بعد صلاة الفجر كل يوم: الحمد لله، وسبحان الله، ولا إله إلا الله، ثلاثا وثلاثين مرة، وبعد صلاة المغرب أيضا، ويستغفر الله تعالى سبعين مرة بعد صلاة الفجر، ويكثر من قول: لا حول ولا قوة إلا بالله العلى العظيم، والصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم


Setiap pagi dan petang membaca do’a : Laillaha illallahul malikul haqqul mubin. (Tiada Tuhan selain Allah, Raja yang Benar dan Maha Jelas) berulang 100 kali; tiap-tiap sesudah pajar dan magrib berdo’a : Al-Hamdulillahi wasubhanallohi wala ilaha illallah. (Segala puji bagi Allah, Maha suci Allah dan tiada tuhan selain Allah) berulang 33 kali. sesudah shalat shubuh membaca istigfar 70 kali; memperbanyak ucapan : Lahaula wala kuwwata illa billahil a’liyyil a’dzim (Tiada daya dan kekuatan melainkan dari pertolongan Allah yang Mha Mulya Lagi Maha Agung) beserta shalawat Nabi saw.

ويقول يوم الجمعة سبعين مرة : اللهم أغننى بحلالك عن حرامك واكفنى بفضلك عمن سواك.
ويقول هذا الثناء كل يوم وليلة : أنت الله العزيز الحكيم, أنت الله الملك القدوس, أنت الله الحكيم الكريم, انت الله خالق الخير والشر, أنت الله خالق الجنة والنار, أنت الله عالم الغيب والشهادة, أنت الله عالم السروأخفى, أنت الله الكبير المتعال, أنت الله خالق كل شيئ واليه يعود كل شيئ, أنت الله ديان يوم الدين, لم تزل ولا تزال, أنت الله لا إله إلا أنت الأحد الصمد, لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد, أنت الملك القدوس السلام المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبرلا إله إلا أنت الخالق البارئ المصور له الأسماء الحسنى يسبح له ما فى السموات والأرض وهو العزيز الحكيم.

Di hari jum’at membaca : Allahumma agnini bihalalika a’nharomika wakfini bifadlika a’man siwaka (Ya Allah cukupkan aku dengan yang halal dari yang haram, cukupilah aku dengan anugrahmu daripada selain Kamu) berulang 70 kali; setiap siang dan malam, membaca pujian : Antallahul a’jijul hakim antallahul malikul kuddusu antallahu halimul karimu antllahu kholikul khoiri wa syarri antallahu kholikul jannati wan nari a’limul ghoibi wasyahadati a’limus syirri wa akhfa antallahul khabirul muta’alu antallahu kholiku khulli syai’in wailaihi yau’du kulli syai’in antallahu dayyanu yaumiddinni lam tajal wala tajalu antallahu lailla hailla anta antallahul ahadhus shamadu lam yalid walam yulad walam yakul lahu khufuwan ahad antallahu laillaha illa antar rohmanur rohimu antallahu laillaha illa antal khilikul bari’ul mushowwiru lahul asma’ul khusna yusabbihu lahu ma pissamawati wal ardhi wahuwal a’jijul hakim. (Engkaulah Allah Yang Maha Mulya dan lagi Maha Bijaksana).


Continue reading →

Wednesday, August 16, 2017

 BERSANDARLAH KEPADA ALLAH JANGAN KEPADA AMAL
Unknown

BERSANDARLAH KEPADA ALLAH JANGAN KEPADA AMAL



salawat dan salam untuk baginda rasul muhamad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya,

bismillahirrahmanirrahim,



TERJEMAH ALHIKAM







٭ مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلل ِ٭



“Sebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.



 Orang yang melakukan amal ibadah itu pasti punya pengharapan kepada Allah, meminta kepada Allah supaya hasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu Allah.



sehingga apabila terjadi kesalahan, seperti, terlanjur melakukan maksiat, atau meninggalkan ibadah rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang pengharapannya kepada Allah.  sehingga apabila berkurang pengharapan kepada rohmat Allah, maka amalnyapuan akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.



seharusnya dalam beramal itu semua dikehendaki dan dijalankan oleh Allah. sedangkan dirikita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Allah.



Kalimat: Laa ilaha illallah. Tidak ada Tuhan kecuali Allah, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak melainkan Allah.



Pada dasarnya syari’at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah subhanahu wata’ala.



Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah subhanahu wata’ala.
Continue reading →