Menu
Propellerads

Tuesday, December 12, 2017

Hakikat alif
Unknown

Hakikat alif


Alif terbentuk dari Ulfah (kedekatan) dan ta’lif ( pembentukan). Dengan huruf inilah ALLAH menta’lif (menyatukan) seluruh ciptaanNya dalam landasan tauhid dan ma’rifah dengan kecintaan penghayatan iman dan tauhid. Sehingga Alif ini membuka makna dan pengertian tertentu dengan banyak bentuk rupa dan warna yang ada pada huruf-huruf yang lain. Maka jadilah Alif sebagai “Kiswah” (pakaian) bagi huruf lainnya. Itu semua karna kehendak si “Alif ghaib”. Huruf saja tidaklah memiliki makna, sebab pengertian tidak terdapat padanya.

Makna dalam dari Alif ibarat nyawa, sedangkan bentuk huruf adalah ibarat raga. Ibarat pohon yang di belah sampai ke akar, dari akar di belah sampai ke biji asalnya. Lalu dari biji asalnya di belah sehingga tiada sesuatu apapun. itulah hakikat kehidupan. Allah menjadikannya berupa (memiliki bentuk), padahal tiada. Huruf berupa lisan ketika diucapkan, sedangkan makna adalah pengetahuan yang diketahui sebelum lisan berucap dan berbuat. Ia sangatlah halus melebihi kehidupan yang fana/tiada. Maka jelaslah Alif adalah Huruf yang paling utama, Agung dan Mulia Ibarat Adam, sedangkan Alif di satukan dengan Hamzah.

Hamzah itu ibarat Hawa.
Maka lahirlah 28 huruf Hijaiyah seperti lahirnya manusia dari sebab Adam dan Hawa. Sehingga muncul pengertian mudzakar Ibnu (lelaki) dan pengertian mu’annats Binti (wanita). Seluruh huruf terlahir dari Alif, karna Alif pada asalnya tegak lurus dimana titik asalnya isyarat bagi penetapan permulaan wujud (ada) yang merupakan lawan dari ketiadaan (adam). Lalu Alif ini ada pada pengelihatan, sehingga melihat yang benar-benar ada. 

Adapun melihat Dzat
merupakan cermin ketunggalan sejati yang menurun pada kesejatian diri. Maka ketika dikaruniakan pandangan ini, melihat keberadaannya di dunia ini dengan cahaya yang terang benderang yang melihat dengan 127 kejadian. Ketika disebut Alif yaitu ketika diri sudah tunggal. Lalu menunjukan apa yang tampak dan terlihat di dirinya sehingga jadilah Alif. Yang pertama dijadikan oleh Allah adalah titik ke esaanNya, ketika Ku pandang dengan keAgunganKu maka titikpun menunduk dan mengalir menjadi garis lurus tanpa akhir (Alif). Alif pun dijadikan permulaan Kitabnya dan pembuka huruf karna huruf lain berasal
darinya dan tampak pada dirinya.

“IQRO” :
adalah wahyu pertama yang turun kepada Nabi Muhammad S.A.W. Yaitu membaca yang dimulai dengan huruf Alif dan diakhiri dengan huruf Alif. “Iqro” secara hisabiah nilainya 33. Yaitu 3 kali di peluk Jibril A.S. maka 33 x 3 = 99 Asmaul Husna. Dengan 99 Asmaul husna inilah Rosulullah s.a.w bisa isro dan mi’raj. Isra’ mi’raj di surah al-isra’, surat ke 17 berjumlah 111 ayat. 111 = 3 alif.”isra” juga di awali dgn huruf “alif ” dan di akhiri juga huruf “alif “ (huruf ” hamzah ” di akhirbadalah satu karakter dengan ” alif “). Dalam kalimah ” isra” ada huruf alif (akhir) dimana di bagian atas ada tanda mad (memanjangkan alif) nilainya 7 an dan nilai 7 ketukan ini adalah sebagai sistem untuk melipat 7 lapis bumi dan naik turun ke 7 lapis langit (mi’raj). Dengan Alif , titik yang pada mulanya perbendaharaan tersembunyi kemudian tampak dan turun agar dikenal lewat ciptaanNya begitupun mahluk dikenal lewatnya dan di nisbatkan kepadaNya. Itulah Kholifah yang membawa “AMANAH”. Karena dengan nama ALLAH itu adalah BISMI dan ALLAHU, Allahu itu adalah Alif,Lam,Ha. Alif lam yang di maksud adalah LAHU = BAGINYA. JAdi Allahu adalah Alif lam baginya (untuknya) ARAHMAN = Alif,Ra,Ha,Mim,Nun maksudnya Alif dan Lam itu rahman demikian juga dengan RAHIIM.

Jadi Alif lam itu seperti halnya cahaya matahari dan rembulan, yang memberi dan menyayangi tanpa syarat. Alif Lam dalam diriku adalah keadaan TUBADIL dalam sholat. Jadi Alif Lam itu dalam tiap-tiap sebutan ARRAHMAN ARRAHIIM…..dst. Seperti halnya mustaqim/jalan yang lurus dimana terdapat pada diriku yang sempurna sholat. Yaitu ketika aku menginjak maqom tubadil seperti halnya takbiratul ikhram yang mukharanah (sempurna, dimana lafazh
Allah dlm takbirotul ikhram sholat di panjangkan tanpa ada batasan hukum mad 2 harakat sebagai bentuk keagunganNya).

Berbeda dengan kata “INNA” yg artinya “sesungguhnya” begitu diberi alif sebagai perpanjangan dari huruf nun, maka berubah menjadi jamak/banyak, “innaa” artinya “sesungguhnya kami”. Begitu juga “Qul” yg artinya “katakan”, begitu diberi nun dan alif sebagai perpanjangannya, maka berubah menjadi jamak/banyak , “Qulnaa” yg artinya kami berfirman. Jadi perubahan dari tunggal menjadi jamak karena adanya imbuhan huruf yg disesuaikan maksud dan tujuannya, bukannya unsur yg memerintah (Allah) yg menjadi jamak. Subyek = Yang Memerintah tetap TunggalObyek = Maksud dan Tujuan yang menjadi jamak.

Maka AllAH pun Sholat, sedangkan manusia
tiada sedikitpun kekuatan sehingga ikut
andil dalam perkara sekecil apapun
terhadap dirinya. Karna di satu sisi hamba
diperkenankan memilih jalan untuk dirinya
tapi waktu yang sama ia harus masuk
kepada ketetapanNya. Karna Huruf memiliki
tampilan, bahasa dan memiliki aspek lahir
dan bathin.

Aspek lahirnya berupa nama dan bentuknya. Aspek bathinnya berupa makna rahasiaNya. Batasnya adalah uraian dari hukum- hukumNya. Serta tampilanNya adalah penyaksian dan penyingkapan. Seluruh struktur susunan alam semesta itulah yang dinamakan pula sebagai Alif. Jikalau dikaji selanjutnya maka hakikat dakwat pula adalah cecair, sedangkan hakikat cecair adalah debu-debu, dan hakikat debu-debu adalah unsur-unsur (atom) dan hakikat unsur adalah Cahaya Allah. Sedangkan Gelap (tidak diketahui) ialah Cahaya Dzat, …. dalam gelap itulah adalah ‘Air Kehidupan’ (Yang Menghidupkan). Sebagai misalan, ….jika anda melihat kepada dakwat, maka dengan sendirinya huruf hilang,… dan jika anda melihat huruf , maka dakwat hilang… Sejajar dengan itu cuba difikirkan pula: Jika ana ada Dia tiada, … dan jika Dia ada ana pula tiada… “Ketahuilah, barangsiapa di berikan pengetahuan tentang Alif dan mengamalkannya, maka telah diberi pengetahuan tentang rahasia tauhid Wahdaniyah (keesaan) dan naik menuju rahasia Ahadiah (kewujudan)
Continue reading →

Monday, December 4, 2017

Tanda-tanda menjelang kematian, dan apa saja tanda-tandanya?
Unknown

Tanda-tanda menjelang kematian, dan apa saja tanda-tandanya?



Baginda Rasullullah s.a.w. bersabda: "Apabila telah sampai ajal seseorang itu maka akan masuklah satu kumpulan malaikat ke dalam lubang-lubang kecil dalam badan dan kemudian mereka menarik rohnya melalui kedua-dua telapak kakinya sehingga sampai kelutut. Setelah itu datang pula sekumpulan malaikat yang lain masuk menarik roh dari lutut hingga sampai ke perut dan kemudiannya mereka keluar. Datang lagi satu kumpulan malaikat yang lain masuk dan menarik rohnya dari perut hingga sampai ke dada dan kemudiannya mereka keluar. Dan akhir sekali datang lagi satu kumpulan malaikat masuk dan menarik roh dari dadanya hingga sampai ke kerongkong dan itulah yang dikatakan saat sakaratul maut orang itu." 
       
Sambung Rasullullah s.a.w.. lagi: "Kalau orang yang sakaratul maut  itu orang yang beriman, maka malaikat Jibrail A.S. akan menebarkan sayapnya yang disebelah kanan sehingga orang yang sakaratul maut itu dapat melihat kedudukannya di syurga. Apabila orang yang beriman itu melihat syurga, maka dia akan lupa kepada orang yang berada disekelilinginya. Ini adalah kerana sangat rindunya pada syurga dan melihat terus pandangannya kepada sayap Jibrail A.S." 

       Kalau orang yang sakaratul maut itu orang munafik, maka Jibrail A.S. akan menebarkan sayap disebelah kiri. Maka orang yang sakaratul maut itu dapat melihat kedudukannya di neraka dan dalam masa itu orang itu tidak lagi melihat orang disekelilinginya. Ini adalah kerana terlalu takutnya apabila melihat neraka yang akan menjadi tempat tinggalnya. 

Dari sebuah hadis bahawa apabila Allah s.w.t. menghendaki seorang mukmin itu dicabut nyawanya maka datanglah malaikat maut. Apabila malaikat maut hendak mencabut roh orang mukmin itu dari arah mulut maka keluarlah zikir dari mulut orang mukmin itu dengan berkata: 

       "Tidak ada jalan bagimu mencabut roh orang ini melalui jalan ini kerana orang ini sentiasa menjadikan lidahnya berzikir kepada Allah s.w.t." Setelah malaikat maut mendengar penjelasan itu, maka dia pun kembali kepada Allah s.w.t. dan menjelaskan apa yang diucapkan oleh lidah orang mukmin itu. Lalu Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud: "Wahai malaikat maut, kamu cabutlah ruhnya dari arah lain." 

       Setelah itu malaikat maut mendapat perintah Allah s.w.t. maka malaikat maut pun kembali  mencabut roh orang mukmin dari arah tangan. Tapi keluarlah sedekah dari arah tangan orang mukmin itu, keluarlah usapan kepala anak-anak yatim dan keluar penulisan ilmu. 

       Maka berkata tangan: Tidak ada jalan bagimu untuk mencabut roh orang mukmin dari arah ini, tangan ini telah mengeluarkan sedekah, tangan ini mengusap kepala anak-anak yatim dan tangan ini menulis ilmu pengetahuan." 

Oleh kerana malaikat maut gagal untuk mencabut roh orang mukmin dari arah tangan maka malaikat maut mencoba juga  dari arah kaki. Malangnya malaikat maut juga gagal melakukan sebab kaki berkata: 

       "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana kaki ini sentiasa berjalan pulang pergi mengerjakan solat dengan berjemaah dan kaki ini juga berjalan menghadiri majlis-majlis ilmu." 

       Apabila gagal malaikat maut, mencabut roh orang mukmin dari arah kaki, maka malaikat maut mencoba lagi  dari arah telinga. lalu malaikat maut menghampiri telinga maka telinga pun berkata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini kerana telinga ini sentiasa mendengar bacaan Al-Quran dan zikir." 

       Dan yang paling terakhir  malaikat maut mencoba mencabut orang mukmin dari arah mata tetapi baru saja hendak menghampiri mata maka berkata mata: "Tidak ada jalan bagimu dari arah ini sebab mata ini sentiasa melihat beberapa mushaf dan kitab-kitab dan mata ini sentiasa menangis kerana takutkan Allah." 

       Setelah gagal maka malaikat maut kembali kepada Allah s.w.t. Kemudian Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud: "Wahai malaikatKu, tulis AsmaKu ditelapak tanganmu dan tunjukkan kepada roh orang yang beriman itu." Sesudah mendapat perintah Allah s.w.t. maka malaikat maut menghampiri roh orang itu dan menunjukkan Asma Allah s.w.t. 
Setelah melihat Asma Allah dan cintanya kepada Allah S.W.T maka keluarlah roh tersebut dari arah mulut dengan tenang. 

       Abu Bakar R.A. telah ditanya tentang kemana roh pergi setelah ia keluar dari jasad. Maka berkata Abu Bakar R.A: "Roh itu menuju ketujuh tempat:- 
1. Roh para Nabi dan utusan menuju ke Syurga Adnin.
2. Roh para ulama menuju ke Syurga Firdaus.
3. Roh mereka yang berbahagia menuju ke Syurga Illiyyina.
4. Roh para shuhada berterbangan seperti burung di syurga mengikut kehendak mereka.
5. Roh para mukmin yang berdosa akan tergantung di udara tidak di bumi dan tidak di langit sampai hari kiamat.
6. Roh anak-anak orang yang beriman akan berada di gunung dari minyak misik.
7. Roh orang-orang kafir akan berada dalam neraka Sijjin, mereka diseksa berserta jasadnya hingga sampai hari Kiamat." 

Telah bersabda Rasullullah s.a.w.: Tiga kelompok manusia yang akan dijabat tangannya oleh para malaikat pada hari mereka keluar dari kuburnya:- 
1. Orang-orang yang mati syahid.
2. Orang-orang yang mengerjakan solat malam dalam bulan ramadhan.
3. Orang berpuasa di hari Arafah. 

Tanda-Tanda Saat-saat Kematian

“Bagaimana kamu kufur (ingkar) dengan Allah dan adalah kamu itu mati maka kamu dihidupkan, kemudian kamu dimatikan kemudian kamu dihidupkan kemudian kepada-Nya kamu dikembalikan” (Surah Al-Baqarah : Ayat 28) 

Adapun tanda-tanda kematian menurut ulama adalah benar dan nyata, cuma amalan dan ketakwaan kita saja yang akan dapat membedakan kepekaan kita kepada tanda-tanda ini. 

Rasulallah SAW diriwayatkan masih mampu memperlihatkan dan menceritakan kepada keluarga dan sahabat secara lansung akan kesukaran menghadapi sakaratul maut dari awal hingga akhir  hayat Baginda. 

Imam Ghazali rahimahullah diriwayatkan memperoleh tanda-tanda ini sehingga beliau mampu menyiapkan dirinya untuk menghadapi sakaratul maut secara sendirian. Beliau menyiapkan dirinya dengan segala persiapan termasuk mandinya, wudhunya serta kafannya hanya sekali ketika sampai bahgian tubuh dan kepala saja beliau telah memanggil kakanya yaitu Imam Ahmad Ibnu Hambal untuk menyambung tugas tersebut. Beliau wafat ketika Imam Ahmad bersedia untuk mengkafankan bagaian mukanya. 

Adapun riwayat-riwayat ini memperlihatkan kepada kita sesungguhnya Allah s.w.t. tidak pernah berlaku zalim kepada hambanya. Tanda-tanda yang diberikan adalah untuk menjadikan kita umat Islam supaya dapat bertaubat dan bersedia dalam perjalanan menghadap Allah s.w.t. Walau bagaimanapun semua tanda-tanda ini akan berlaku kepada orang-orang Islam saja manakala orang-orang kafir yaitu orang yang menyekutukan Allah nyawa mereka ini akan mendapat balasan sesuai dengan kekufuran mereka kepada Allah s.w.t. 

Adapun tanda-tanda ini terbagi kepada beberapa keadaan:

Tanda 100 hari sebelum hari mati.

Ini adalah tanda pertama dari Allah s.w.t. kepada hambanya dan hanya akan disadari oleh mereka-mereka yang dikehendakinya. Walau bagaimanapun semua orang Islam akan mendapat tanda ini cuma bagi mereka yang sadar atau tidak saja. Tanda ini akan berlaku lazimnya selepas waktu Asar. Seluruh tubuh yaitu dari ujung rambut hingga ke ujung kaki akan bergetar atau seakan-akan mengigil. 

       Contohnya seperti daging lembu yang baru disembelih dimana jika diperhatikan dengan teliti kita akan mendapati daging tersebut seakan-akan bergetar. Tanda ini rasanya lazat dan bagi mereka sadar dan berdetik di hati bahawa mungkin ini adalah tanda mati maka getaran ini akan berhenti dan hilang setelah kita sadar akan kehadiran tanda ini. 

Bagi mereka yang tidak diberi kesadaran atau mereka yang hanyut dengan kenikmatan tanpa memikirkan soal kematian, tanda ini akan lenyap begitu saja tanpa kesan. Bagi yang sadar dengan kehadiran tanda ini maka ini adalah peluang terbaik untuk memanfaatkan masa yang ada untuk mempersiapkan diri dengan amalan dan urusan yang akan dibawa atau ditinggalkan sesudah mati. 

Tanda 40 hari sebelum hari mati 

Tanda ini juga akan berlaku sesudah waktu Asar. Bagian pusat kita akan berdenyut-denyut. Pada ketika ini daun yang tertulis nama kita akan gugur dari pokok yang letaknya di atas Arash Allah s.w.t. Maka malaikatmaut akan mengambil daun tersebut dan mula membuat persediannya kepada kita, diantaranya ialah ia akan mengikuti kita sepanjang masa. 

Akan terjadi malaikatmaut ini akan memperlihatkan wajahnya sekilas lalu dan jika ini terjadi, mereka yang terpilih ini akan merasakan seakan-akan bingung seketika. Adapun malaikatmaut ini wujudnya cuma seorang tetapi kuasanya untuk mencabut nyawa adalah bersamaan dengan jumlah nyawa yang akan dicabutnya. 

Tanda 7 hari 

Adapun tanda ini akan diberikan hanya kepada mereka yang diuji dengan musibah kesakitan di mana orang sakit yang tidak makan secara tiba-tiba  akan berselera untuk makan. 

Tanda 3 hari 

Pada ketika ini akan terasa denyutan di bagian tengah dahi kita yaitu diantara dahi kanan dan kiri. Jika tanda ini dapat dirasakan maka berpuasalah kita,  selepas itu supaya perut kita tidak memiliki banyak najis dan ini akan memudahkan urusan orang yang akan memandikan kita nanti. 

Ketika ini juga mata hitam kita tidak akan bersinar lagi dan bagi orang yang sakit hidungnya akan perlahan-lahan jatuh dan ini dapat dirasakan jika kita melihatnya dari bagian sisi. Telinganya akan layu dimana bahagian ujungnya akan berangsur-angsur masuk ke dalam. Telapak kakinya yang terjulur akan perlahan-lahan jatuh ke depan dan sukar ditegakkan. 

Tanda 1 hari 

Akan berlaku sesudah waktu Asar di mana kita akan merasakan satu denyutan di sebelah belakang yaitu di kawasan ubun-ubun di mana ini menandakan kita tidak akan sempat untuk menemui waktu Asar keesokan harinya. 

Tanda Akhir 

       Akan berlaku keadaan di mana kita akan merasakan satu keadaan sejuk di bagian pusat dan akan turun ke pinggang dan seterusnya akan naik ke bagian tenggorokan. Ketika ini hendaklah kita terus mengucap kalimah syahadah dan berdiam diri dan menantikan kedatangan malaikatmaut untuk menjemput kita kembali kepada Allah s.w.t. yang telah menghidupkan kita dan sekarang akan mematikan pula. Sebaik-baiknya apabila sudah merasa tanda yang akhir sekali, mengucap dalam keadaan diam dan jangan lagi berkata-kata.

       Sesungguhnya marilah kita bertaqwa dan berdoa kepada Allah s.w.t. semoga kita adalah di antara orang-orang yang yang dipilih oleh Allah yang akan diberi kesadaran untuk peka terhadap tanda-tanda mati ini,  semoga kita dapat membuat persiapan terakhir dalam usaha memohon ampunan dari Allah s.w.t. maupun dari manusia sendiri dari segala dosa dan urusan hutang piutang kita. 

       Walau bagaimanapun sesuai dengan sifat Allah s.w.t. yang Maha Berkuasa lagi Maha Pemurah lagi maha penyayang maka diriwatkan bahawa tanggal  mati seseorang manusia itu masih boleh diubah dengan amalan doa yaitu baik doa dari kita sendiri ataupun doa dari orang lain. Namun semua itu adalah ketentuan Allah s.w.t. semata-mata. 

       Oleh itu marilah kita bersama-sama berusaha dan berdoa semoga kita diberi hidayah dan petunjuk oleh Allah s.w.t. serta kelapangan masa dan kesehatan tubuh badan dan juga fikiran dalam usaha kita untuk mencari keredhaan Allah s.w.t. baik di dunia maupun akhirat. Apa yang baik dan benar itu datangnya dari Allah s.w.t. dan apa yang salah dan silap itu adalah dari kelemahan manusia itu sendiri. 


Wallahu a’lam bis-shawab
Continue reading →
WEJANGAN-WEJANGAN PARA KHAWAS
Unknown

WEJANGAN-WEJANGAN PARA KHAWAS



Menurut bahasa kata khawas adalah golongan mukmin yang beramal semata-mata karena Allah,

keseharian para khawas tak perlu disangsikan lagi pengabdiannya kepada khalayak luas,  dan berikut ada beberapa wejangan dari para khawas, untuk dapat kita petik pelajaran darinya


Niat
Dari sayidina Ali
Sesungguhnya Allah SWT memasukkan ke dalam surga disebabkan oleh ketulusan niat dan hati yang saleh siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.

Barangsiapa yang tidak memujimu atas niat yang baik, maka dia tidak berterima kasih kepadamu atas pemberian yang baik.

Barangsiapa membaikkan niatnya, maka Allah akan menjadikan baik lahiriahnya.
Jika perkataan keluar dari hati, maka ia akan berpengaruh terhadap hati; dan jika ia keluar dari lidah, maka ia tidak akan mencapai telinga.

Janganlah engkau merendahkan seseorang karena kejelekan rupanya dan pakaiannya yang usang, karena sesungguhnya Allah Ta‘ala & hanya memandang apa yang ada dalam hati dan membalas segala perbuatan.

Tidak ada agama bagi yang tidak memiliki niat.


Qana'ah (kepuasan) 
1. Imam 'Ali ra pernah ditanya tentang firman Allah Ta'ala: Maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (QS 16:97), Imam `Ali a.s. menjawab, “la adalah qana`ah (kepuasan).”

2. Buah (hasil) dari qana'ah adalah kenyamanan.

3. (Qana'ah adalah) menjaga apa yang ada di tanganmu lebih engkau cintai daripada meminta apa yang ada di tangan orang lain.

4. Orang merdeka adalah budak selama dia tamak, sedangkan budak adalah orang yang merdeka selama dia qana'ah.

5. Janganlah engkau malu memberi (bersedekah) walaupun itu sedikit, karena tidak memberi itu lebih sedikit.

6. Kefakiran dan kekayaan keluar berkeliling, lalu keduanya bertemu dengan qana'ah, maka keduanya menetap (bersama).

7. Jika kekayaan bertambah, maka berkuranglah selera.

8. Tidak ada perbendaharaan yang lebih berharga daripada qana'ah.

9. Kekayaan yang paling besar adalah meninggalkan banyak keinginan.

Rendah Hati
1. Rendah hati (tawadhu) adalah suatu kenikmatan yang tidak dimengerti oleh orang yang dengki.

2. Sombong terhadap orang-orang yang sombong adalah tawadhu itu sendiri.

3. Rendah hati termasuk salah satu cara mendapatkan kemuliaan.

4. Rendah hati membawa kepada keselamatan.

5. Tidak ada nasab (yang lebih mulia) seperti rendah hati.

6. Buah dari rendah hati adalah (mendapatkan) kecintaan.

7. Kerendahhatian seseorang di saat dia memiliki kedudukan menjadi perlindungan baginya ketika dia mengalami kejatuhan.

8. Temuilah orang-orang ketika mereka butuh kepadamu dengan keceriaan dan kerendahhatian. Maka, jika engkau terkena suatu musibah dan keadaan buruk menimpamu, lalu engkau bertemu dengan mereka, maka engkau telah aman dan terlepas dari bahaya kehinaan karena kerendahhatianmu itu.

9. Orang-orang golongan atas, jika mereka terdidik, mereka rendah hati; dan jika mereka menjadi miskin, mereka menyerang.

10. Imam ‘Ali a.s. berkata kepada seseorang yang memuji-mujinya secara berlebihan, sementara kesetiaannya kepada beliau diragukan, “Aku tidak seperti yang kaukatakan, dan ‘di atas’ apa yang engkau sembunyikan di dalam hatimu.”

11. Orang yang rendah hati seperti jurang yang di dalamnya berhimpun air hujan dan air hujan lainnya, sedangkan orang yang sombong seperti bukit yang tidak menetap di dalamnya air hujannya dan air hujan yang lainnya.

12. Jika engkau telah melakukan segala sesuatu, maka jadilah seperti orang yang tidak melakukan apa pun.

Zuhud
1. Zuhud seluruhnya terdapat di antara dua kalimat dari ayat Alqur’an. Allah SWT berfirman: supaya kamu tidak berduka atas apa yang luput darimu, dan tidak terlalu gembira atas apa yang diberikan Nya kepadamu (QS 57:23) . Maka, barangsiapa yang tidak berduka atas apa yang telah lewat, dan tidak terlalu bergembira dengan yang didapat, dia telah mengambil zuhud dalam kedua sisinya (secara sempurna).

2. Zuhud di dunia adalah pendek angan-angan, bersyukur ketika mendapatkan nikmat, dan menjauhi segala hal yang haram.

3. Zuhud adalah perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

4. Tidak akan binasa orang yang hemat, dan tidak akan menjadi miskin orang yang zuhud.

5. Seutama-utama zuhud adalah menyembunyikan zuhud.

6. Zuhud adalah kekayaan.

7. Orang yang zuhud terhadap dinar dan dirham adalah lebih mulia daripada dinar dan dirham.

8. Zuhudlah di dunia, niscaya Allah akan memperlihatkan kepadamu aib-aib dunia itu, dan janganlah engkau lalai, maka sesungguhnya engkau bukanlah orang yang tidak mengerti akan dirimu sendiri.

9. Beruntunglah orang-orang yang zuhud di dunia; yang merindukan kehidupan akhirat. Mereka adalah orang-orang yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan, tanahnya sebagai tilamnya, airnya untuk bersuci, Alqur’an sebagai syiarnya, dan do’a sebagai bantalnya. Kemudian mereka meninggalkan dunia sama sekali sebagaimana yang ditempuh al-Masih (`Isa a.s.).

10. Kekayaan yang paling mulia adalah meninggalkan banyak keinginan.

11. Sesungguhnya orang-orang yang zuhud di dunia, hati mereka menangis walaupun mereka tertawa, kesedihan mereka bertambah wa laupun mereka berbahagia, dan mereka membenci diri mereka wa laupun mereka senang dengan rezeki yang dikaruniakan kepada mereka.

12. Tidak ada kezuhudan (yang lebih utama) seperti kezuhudan terhadap segala hal yang haram.

13. Imam `Ali a.s. berkata dalam menyifati orang-orang yang zuhud, “Mereka adalah orang-orang yang tinggal di dunia, tetapi mereka bukan termasuk penghuninya; mereka hidup di dunia, tetapi mereka seperti yang bukan berasal dari dunia.”

14. Jika engkau tidak membutuhkan sesuatu, maka tinggalkanlah ia dan ambillah yang engkau butuhkan saja.

Budi Pekerti Yang Baik
Dari sayidina Ali
Budi pekerti yang mulia ada sepuluh: dermawan, malu, jujur, menyampaikan amanat, rendah hati (tawadhu), cemburu, berani, santun, sabar, dan syukur.
1. Tiga macam orang yang tidak diketahui kecuali dalam tiga situasi: (pertama), tidak diketahui orang pemberani kecuali dalam situasi perang. (Kedua), tidak diketahui orang yang penyabar kecuali ketika sedang marah. (Ketiga), tidak diketahui sebagai teman kecuali ketika (temannya) sedang butuh.

2. Janganlah sekali-kali engkau menjadi orang yang keburukannya lebih kuat daripada kebaikannya, kekikirannya lebih kuat daripada kedermawanannya, dan kekurangannya lebih kuat daripada kebajikannya.

3. Pandanglah buruk pada dirimu apa yang engkau pandang buruk pada selainmu.

4. Semulia-mulia nasab adalah akhlak yang baik.

5. Tidak ada teman yang seperti akhlak yang baik, dan tidak ada harta warisan seperti adab.

6. Hendaklah engkau ridha akan perlakuan orang-orang terhadapmu sama seperti engkau ridha atas perlakuanmu terhadap mereka.

7. Adab adalah pusaka yang terbaik.

8. Jika engkau menyukai akhlak yang mulia, maka hendaklah engkau menjauhi segala hal yang haram.

9. Tidak adanya adab adalah sebab segala kejahatan.

10. Perjalanan adalah ukuran akhlak.

11. Kasihanilah orang-orang fakir yang sedikit kesabarannya, kasihanilah orang-orang kaya yang sedikit syukurnya, dan kasihanilah semua karena lamanya kelalaian mereka.

12. Kemuliaan keturunan yang paling tinggi adalah akhlak yang baik.

13. Ketakwaan adalah akhlak yang utama.

14. Akhlak yang baik adalah sebaik-baik teman.

15. Kalau segala sesuatu harus dipisah-pisahkan, maka dusta tetap bersama takut, kejujuran bersama keberanian, santai bersama keputusasaan, kelelahan bersama kerakusan, penolakan bersama ketamakan, dan kehinaan bersama utang.

16. Hendaklah kalian menjaga adab. Sebab, jika kalian raja, pasti kalian akan melebihi raja-raja yang lain; jika kalian penengah, pasti kalian akan dapat mengatasi (yang lain); dan jika kehidupan kalian miskin, pasti kalian akan dapat hidup (terhormat) dengan adab kalian.

17. Pilihlah untuk diri kalian, dari setiap kebiasaan, yang paling bagusnya, karena sesungguhnya kebaikan merupakan kebiasaan.

18. Semulia-mulia raja adalah yang tidak dicampuri kesombongan dan tidak menyimpang dari kebenaran. Sekaya-kaya orang adalah yang tidak tertawan oleh ketamakan. Sebaik-baik kawan adalah yang tidak menyulitkan kawan-kawannya. Dan sebaik-baik akhlak yang paling dapat membantunya dalam ketakwaan dan ke-wara `-an (kehati-hatian dalam beragama).

19. Seseorang tidak akan menjadi mulia sehingga dia tidak peduli dengan pakaian yang mana saja dia muncul (di tengah-tengah masyarakatnya).

20. Adab adalah pakaian yang senantiasa baru.

Menutupi Aib
Beruntunglah orang yang lebih disibukkan oleh aibnya sendiri daripada mengurusi aib-aib orang lain. Beruntunglah orang yang tidak mengenal orang-orang dan orang-orang pun tidak mengenalnya. Dan beruntunglah orang yang hidup, tetapi dia seperti orang yang mati; dan dia ada, tetapi dia seperti orang yang tidak ada. Dia telah menjadikan tetangganya terbebas dari kebaikan dan keburukannya. Dia tidak pernah bertanya tentang orang-orang, dan orang-orang pun tidak pernah bertanya tentang dirinya.

Maka hendaklah seseorang di antara kalian menjauhkan diri dari aib orang lain yang diketahuinya karena dia mengetahui aib dirinya sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri dengan bersyukur karena kesehatan yang diberikan Allah kepadanya, sementara orang lain mendapatkan cobaan dengannya (ditimpa penyakit).

Maka bagaimana seorang pencela, yaitu yang mencela saudaranya dan mencemooh dengan musibah yang menimpa saudaranya itu? Apakah dia tidak ingat bahwasanya Allah telah menutupi dosa-dosanya, padahal dosanya itu lebih besar daripada dosa saudaranya yang dicela itu?

Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecilmu itu.


Berhati-hati
1. Dengan kelemah lembutan kebutuhan akan dapat diperoleh, dan dengan berhati-hati akan mudah segala hal yang dikehendaki.

2. Pilihlah untuk sumber air mu.

3. Meneliti adalah keharusan.

4. Tergesa-gesa dalam segala urusan akan menghasilkan kesusahan, penyebab utama penyesalan, menghilangkan kekesatriaan, cela pada akal, dan bukti akan kelemahan akidah (keyakinan).

5. Orang yang berfikir (sebelum melakukan sesuatu) akan berhasil mencapai tujuan atau hampir, sedangkan orang yang tergesa-tergesa akan menemui kegagalan atau hampir.

6. Barangsiapa yang dalam urusannya berada pada posisi tidak memikirkan akibatnya, maka dia telah menghadapkan dirinya pada musibah yang besar.

7. Menggerakkan yang diam lebih mudah daripada mendiamkan yang bergerak.

8. Hindarilah olehmu:
"Aku duga...", "Aku kira..", dan "Aku berpendapat..."

9. Tahanlah dirimu dari suatu jalan jika engkau khawatir akan tersesat di dalamnya. Sebab, menahan diri ketika ragu akan tersesat lebih baik daripada menaiki sesuatu yang menakutkan.

10. Di antara taufik adalah berhenti ketika ragu.

Mengekang Nafsu
1. Perangilah hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian memerangi musuh-musuh kalian

2. Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap syahwatnya serta penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang diharamkan), dan penolakan atas apa yang menjadikan mata berkeinginan memandangnya, maka di situlah terletak pahala dan siksaan.

3. Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.

4. Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang membantumu untuk menghindar darinya adalah pengetahuanmu bahwasanya ia berupaya mengalihkan perhatian akalmu, mengacaukan pendapatmu, mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan urusanmu, dan memberatkanmu dengan akibat yang akan engkau tanggung di akhirat. Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan, menghilanglah kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri tegak dan dunia tidak akan menjadi baik kecuali dengan kesungguhan.

5. Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.

6. Kepada Allahlah kami berharap agar Dia memperbaiki apa yang rusak dari hati kami, dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan untuk memberikan petunjuk pada jiwa kami. Sebab, hati berada di tangan-Nya, Dia mengaturnya sesuai yang Dia kehendaki.

7. Orang yang baik adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan menolaknya dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak seperti itu.

8. Janganlah engkau menuruti nafsumu dan perempuan, dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik

9. Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginannya.
Continue reading →

Thursday, November 23, 2017

KEUTAMAAN UZLAH (MENGASINGKAN DIRI)
Unknown

KEUTAMAAN UZLAH (MENGASINGKAN DIRI)


Tak ada sesuatu yang lebih bermanfaat terhadap hati seperti manfaat uzlah, karena dengan memasuki uzlah, maka alam pemikiran kita menjadi luas
==>{Syekh Ahmad bin Muhammad Athaillah}<==

Arti Uzlah
Uzlah artinya mengasingkan diri dari keramaian dunia, memasuki kesendirian, dengan tujuan menghidupkan jiwa dan mensucikan pikirkan dari pengaruh dunia yang merusak.

Dengan mengasingkan diri (uzlah) maka akan memperkuat pikiran sehat, menerangi pikiran dengan sinar Allah SWT, menjauhkan diri dari pikiran durhaka serta perbuatan dosa, karena terkadang perbuatan maksiat memasuki rongga hidup manusia, datangnya secara spontan dan tidak dapat diduga.

Menentramkan Pikiran dan Meluaskan Wawasan
Dalam Uzlah alam pikiran manusia akan menjadi tentram dan luas wawasannya, wacana pikirannya pun semakin bertambah, dan jiwanya menjadi bersih dan tenang.

Dalam kondisi tenang manusia mampu berpikir tentang ciptaan Allah SWT, dan kebesaranNya sebagai pencipta alam semesta.

Menghimpun Sifat-sifat Mulia
Dengan Uzlah akan terhimpun dalam rongga jiwa kita suatu sifat-sifat mulia, budi pekerti yang mulia, serta terhindar dari sifat-sifat mazmumah (tercela) dan etika yang bejat.

Cara Uzlah ini sekaligus akan menjaga iman dan keyakinan kita serta akan membersihkan jiwa kita dari dosa-dosa kecil, demikian juga akan menghadirkan seseorang hamba dari mendekati dosa-dosa besar.

Sifat-sifat mulia, sebagaimana kalimat-kalimat dzikir, pikiran bersih, cita cita suci, kehendak-kehendak yang menggerakkan amal ibadah, perasaan yang menghidupkan iman serta semangat untuk berjihad, demikian juga keinginan untuk memberi pertolongan.

Berpikir positif
Akal pikiran yang menjadi alat berpikir manusia harus selalu dijaga agar selalu tetap positif, lantaran orang yang akan berpikir sajalah yang akan memperoleh kemajuan hidup.

Berpikir serta menganalisa secara kritis dengan pikiran yang sehat akan menyelamatkan manusia dari kehancuran dan ketidakstabilan.

Akal sehat dan pikiran yang jernih akan membiarkan manusia memilih sesuatu yang maslahat dan meninggalkan sesuatu yang mafsadah (merugikan).

Demikianlah akal pikiran yang dipergunakan akan menjadi kemudi jalan hidup kita, serta mengendalikan pikiran yang over atau berlebihan, dan menempatkan pikiran pada tempat yang tepat dan strategis.

Dapat Mengendalikan Pikiran Secara Teratur
Orang yang suka beruzlah akan mampu mengatur jalan pikirannya pada saat hening, pikiran yang yang dikendalikan secara teratur akan mendapatkan hasil pikiran yang mampu menggerakkan hidup dan mengarahkan kepada apa yang dikehendaki oleh syariat agama islam, serta mengantarkan hamba-hamba Allah kepada keridhaan Allah SWT (mardhatillah).

Pada saat tertentu kita memerlukan logika disamping syariat yang harus kita terima kebenarannya secara apa adanya, pada waktu seseorang sedang berpikir dalam suasana hening dia akan memperoleh inspirasi (intiusi) atau petunjuk yang bersifat ilhami dari pikiran yang sedang diaturnya, sehingga akan mudah memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.

Baik itu persoalan duniawi atau ukhrawi, apabila masuk pada persoalan yang memerlukan analisa berpikir, maka agama sebagai bagian dari pedoman pemecahan persoalan, akan memberi penilaian terhadap norma-norma kehidupan yang lebih banyak faedahnya.

Terhindarnya Dari Perbuatan Durhaka Dan Sifat-sifat Tercela
Kelebihan yang diperoleh dari sifat uzlah cukup banyak dan bervariasi menuju kesuksesan yang diridhai oleh Allah, disisi lain semangat uzlah diperlukan untuk kebangkitan alam pikiran islami dari masa ke masa.

Keutamaan yang dapat ditemukan dalam uzlah, adalah Terhindarnya dari seorang hamba dari perbuatan durhaka, sebagaimana menggunjing, berolok-olok, mengumpat, arogan, iri dan dengki, dusta, mengadu domba, durhaka, menghina, dan sifat-sifat buruk lainnya.

Uzlah adalah identik dengan tempat pencucian diri, dengan demikian akan terpeliharalah agama, serta terhindar dari virus yang dapat menodai keimanan, kemaksiatan dan fitnah.

Melapangkan Pikiran dan Memperkokoh Keimanan
Uzlah akan memberi kesempatan bagi seorang hamba untuk menyibukkan diri dalam mensucikan hati, lidah, prilaku, serta menghindarkan diribdari kesibukan yang bertentangan dengan ajaran agama islam.

Uzlah adalah salah satu jalan untuk menjauhkan diri dari kejelekan kepada kebaikan, dari kesempitan berfikir pada kelapangan berfikir, Abu Ishaq Ibrahim Ibnu mas'ud berkata; "Dengan terasing (uzlah), akan terhimpunlah cita-cita. Dan dengan cita-cita itu akan memperkokoh keimanan kepda Allah, sedangkan rencana bisa berbeda dengan cita-cita ataupun harapan"

Dapat Mengambil Hikmah Disetiap Masalah
Disebutkan lagi bahwa seorang hamba yang hidup mengasingkan diri maka dia dapat mengheningkan dirinya dan mengambil solusi terhadap masalah yang dianalisanya dalam situasi yang bersih.

Nabi Isa as. Berkata:
"Apabila kamu duduk dengan orang mati, maka kamu akan mati sebelum waktunya, dan apabila kamu duduk dengan orang yang pikirannya hidup, maka kamu akan menjadi orang yang hidup dan suka berpikir".

Sesungguhnya para hamba Allah SWT, yang shaleh akan banyak menyempatkan waktunya untuk mengasingkan diri (uzlah) untuk merenungkan dirinya dan mengevaluasi amal ibadahnya, mencuci hati dan pikirannya dengan perenungan yang suci, serta memberi arah kepada pikirannya (logika) yang sehat dan wawasan yang dalam.

Pada saat jiwa kita jernih maka akan jernih pula hati dan pikiran kita, dan pada saat hati kita lapang, maka akan lapang juga pikiran dan akal kita.


Wallahu a’lam bis-shawab
Continue reading →
PENGERTIAN MAKRIFAT SECARA ETIMOLOGIS
Unknown

PENGERTIAN MAKRIFAT SECARA ETIMOLOGIS



"Apabila jalan makrifat telah dibukakan untukmu, maka janganlah engkau pedulikan amalmu yang hanya sedikit, karena Dia tidak akan menyingkapkannya untukmu, melainkan Dialah yang memperkenalkan diriNya kepadamu, tidakkah engkau mengetahui bahwa Dialah yang menganugerahkan makrifat kepadamu, sedangkan engkau mempersembahkan amal-amal kepadaNya, dan apalah artinya yang engkau persembahkan kepadaNya dibanding dengan apa yang dianugerahkanNya kepadamu.
==>{Syekh Ahmad bin Muhammad Athaillah}<==

Makrifat kepada Allah swt, adalah tujuan yang hendak dicapai oleh seorang hamba, dan merupakan cita-cita yang didambakan, oleh karena itu seorang hamba yang sedang menghadap Allah swt, lantaran telah dibukakan pintu makrifat baginya, maka ia akan mendapatkan ketenangan dalam makrifat itu, karena di dalamnya akan ditemukan kenikmatan rohani yang berlimpah-limpah.

Di sisi lain akan menimbulkan motivasi kepadanya untuk memperbanyak amal ibadah, hal ini karena begitu banyak anugerah serta keutamaan yang diberikan Allah kepadanya.

Dengan makrifat itu seorang hamba akan semakin dekat kepada Allah swt, lantaran dia mampu memandang Allah swt dengan makrifatnya itu, sedangkan maksudnya makrifat adalah kemampuan seorang hamba dengan bashirahnya matahatinya.

Seorang hamba yang dekat kepada Allah dia akan mampu mengenal Allah dengan baik, karena pengertian makrifat secara etimologis adalah mengenal atau mengetahui lebih jauh maksud makrifat adalah dekat dengan Allah swt, dengan mengenal secara mendalam akan sifat-sifatNya disertai dengan perasaan iman yang utuh.

Dalam ibadahnya seorang hamba yang sudah berada pada tingkatan makrifat kepada Allah sebagaimana pengertian di atas, maka dia akan benar-benar mampu mengenal Allah dengan menggunakan bashirahnya (matahati)

Makrifat bagi seorang hamba diperlukan dalam beribadah dan beramal sebab dengan demikian dia akan sampai kepada tingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan haqqul Yaqiin.

Mengingat bahwa mengerti Allah itu ada, adalah menjadi kewajiban bagi seorang hamba, dan dengan demikian dia baru berada dalam tingkatan ilmul yaqin.

Kemudian setelah seorang hamba mengenal Allah dengan baik menurut ilmu Allah, maka dia telah berada pada tingkatan ainul yaqin, lalu pada saat pengenalannya terhadap Allah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan dalam tingkatan makrifat, maka dengan demikian dia telah berada pada tingkatan haqqul yaqin.

Makrifat kepada Allah dalam tiga tingkatan ini adalah merupakan tugas yang harus dimiliki oleh seorang hamba dan dari waktu ke waktu dalam menyempurnakan iman serta ibadahnya kepada Allah swt.

Kedudukan makrifat tidak boleh bertentangan dengan syariat yang bersumber kepada Al-Qur'an dan sunnah, seorang hamba yang telah berada pada tingkatan makrifat bukan berarti dia boleh mengurangi ibadah dan amalnya, justru seorang hamba yang telah berada pada tingkatan makrifat semakin tinggi semangat ibadahnya dan semakin sempurna amalnya.

Seorang hamba yang saleh dan sempurna kemakrifatannya adalah orang yang kokoh imannya serta tekun ibadahnya, sebab antara iman dan amal saleh dalam agama islam tidak dapat di pisahkan. hal ini relevan dengan firman Allah swt:

"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya".
(QS at-tin: 6)

Makrifat kepada Allah swt (menurut akidah dan syariat) hendaklah berdasarkan iman dan amal saleh, Sekalipun pahala bagi seorang hamba yang makrifat bukan tujuan utama, karena yang menjadi tujuan utama yang hendak dicapai adalah ridha Allah sebagai anugerah yang sangat berharga.

Wallahu a’lam bis-shawab 
Continue reading →

Tuesday, November 7, 2017

PERJALANAN DARI MAKRIFAT KE HAKEKAT
Unknown

PERJALANAN DARI MAKRIFAT KE HAKEKAT



Kehendak yang kuat mencapai makrifat tidak berarti hanya sampai kepada apa yang telah dikasyafkan (dibukakan) oleh Allah kepadanya, melainkan dia akan mendengar panggilan dari suara yang hakiki, suara itu memanggilnya: yang engkau cari sekarang ada di hadapanmu, dan tidak tampak olehnya wujud alam lahiriah selain hakikat dari alam itu, lalu alam itu menegurnya; Ketahuilah sesungguhnya kami ini cobaan, karena itu janganlah engkau kufur (terpedaya oleh kami)
==>{Syekh Ahmad bin Muhammad Athaillah}<==

Perjalanan menuju Allah
Bagi hamba yang tekun beribadah adalah perjalanan yang panjang, bagi orang yang makrifat kepada Allah swt, bukanlah semata-mata telah menjalankan ibadah secara teratur, namun memerlukan kemampuan rohaniyah yang tinggi dan luar biasa untuk sampai kepada tingkatan makrifat atau tingkat ihsan.

Oleh karena itu, seorang hamba yang telah mencapai tingkatan makrifat memerlukan kewaspadaan yang tinggi, supaya tidak terkecoh oleh pandangan lahiriyah yang semu dan segala tingkah laku ibadah (kegiatan spiritual) yang membawa fitnah.

Tingkatan makrifat itu memang memiliki tingkatan-tingkatan, oleh karena itu dalam mencapai tingkatan makrifat jangan sampai seorang hamba berhenti pada satu tingkatan saja, sebab telah merasa cukup berda pada tingkatan makrifat itu.

Mengingat berhentinya seorang hamba pada satu tingkatan makrifat atau perpindahan dari satu tingkat ketingkat lainnya, akan berhadapan dengan cobaan yang sangat berat dan sangat rahasia.
Lantaran untuk mencapai hakikat dengan melalui makrifat seorang hamba tidak boleh berhenti pada tingkatan tertentu.

Sebenarnya pada waktu seorang hamba yang telah berada pada tingkatan makrifat itu berhenti, maka akan terdengar olehnya seruan halus "jangan engkau berhenti", janganlah engkau berhenti, bukan itu yang engkau inginkan, tujuanmu berada di depanmu, maka janganlah engkau berhenti, apabila engkau belum sampai pada tingkatan hakikat yang engkau cari.

Selain suara halus yang didengarnya, maka ditampakkan pula pada penglihatannya tentang keindahan ciptaan Allah swt, yang beraneka ragam (sebagaimana alam semesta dan makhluk).

Penglihatan duniawi yang sangat mengagumkan, dan orang yang menyaksikannya terkagum-kagum oleh pemandangan tersebut, Penglihatan yang dialami oleh si hamba yang telah memiliki level makrifat akan sangat berpengaruh.

Dia akan melihat isi dunia dan rahasianya sebagai sesuatu yang sangat hebat dalam bentuk spiritual, di dunia ini ada kebesaran, ada rezeki, ada pertunjukan (yang dengan peristiwa itu orang tunduk dan patuh), ada juga manusia yang mampu berjalan diatas air, dan ada orang yang memiliki kemampuan yang luar biasa, dia dapat mengetahui apa yang akan terjadi, atau peristiwa yang luar biasa.

Pada saat si hamba ingin berhenti karena terpengaruh batinnya, maka terdengar seruan halus (hatif) yang masuk ke dalam dinding hatinya:

"jangan, jangan engkau berhenti sampai disitu, semua pandanganmu adalah fitnah, yang menipumu akan membuatmu licik (tentu dari setan), perjalananmu masih panjang, apa yang engkau inginkan masih jauh di depanmu, jalan terus!".

Sebetulnya suara halus (hatif) itu bersal dari semua yang dia saksikan, kemudian suara itu kembali bergema:

"Janganlah engkau ikut aku, sesungguhnya aku adalah fitnah bagi dirimu"

Andaikata seorang hamba yang telah memiliki level makrifat tertipu oleh penglihatannya sendiri, lalu dia terjatuh ke dalam peristiwa yang disaksikannya, maka turunlah martabat makrifat ketingkat yang lebih rendah, atau sama sekali jatuh, dan berada pada tingkatan yang paling bawah.

Syeikh Abu Hasan Al-Syadzili mengingatkan pada semua hamba yang berjalan pada tingkatan makrifat menuju hakekat:

1. Jagalah pergaulan, supaya tidak membawa dampak terhadap rusaknya makrifatmu terhadap Allah SWT.

2. Bergaullah dengan orang-orang shaleh dan orang-orang yang benar (sadiqin) supaya makrifatmu terjaga kesuciannya.

3. Jagalah hubunganmu dengan Allah Swt. dengan melalui petunjuk yang benar (hak) dan berpijak pada wahyu Allah Swt, yaitu Al-Qur'an dan sunnah Nabi.

4. Palingkan wajahmu dari pengaruh dunia yang berlebihan, namun janganlah engkau abaikan bagian yang dapat diambil manfaatnya untuk menghambakan diri (beribadah) kepada Allah swt.

5. Jauhilah musuh yang bertujuan mempengaruhimu dan menjerumuskanmu, terutama yang dilakukan secara halus.

6. Hindarkanlah diri dari pengaruh manusia dan berlakulah zuhud dari hiruk-pikuk dunia, serta teguhkanlah pendirianmu bersama Allah Swt, dengan tetap melakukan muraqabah serta terus menerus bertaubat dalam keadaan waspada dan membaca istighfar, kemudian teguhkanlah dirimu dengan berpegang kepada hukum-hukum Allah.

Wallahu a’lam bis-shawab 
Continue reading →

Saturday, September 30, 2017

MASIH BERANIKAH KAMU BERBURUK SANGKA?
Unknown

MASIH BERANIKAH KAMU BERBURUK SANGKA?



Pada masa kekhalifahan beliau, Umar bin Khatab adalah khalifah yang selalu berjalan tengah malam untuk mengetahui keadaan kota dan keadaan rakyatnya.

Dengan inspeksi langsung inilah amirul mukminin kedua ini dapat mengetahui kondisi rakyatnya secara sebenar-benarnya.

Masa telah lewat malam saat beliau melewati sebuah rumah yang dari luar terdengar seorang pria di dalam rumah yang sedang asyik tertawa. Semakin beliau mendekat, beliau juga mendengar suara gelak tawa wanita.

Khalifah Umar bin Khatab mengintip rumah tersebut lalu memanjat jendela dan masuk ke rumah tersebut. Beliau menghardik pria tersebut dengan berucap:

“Hai hamba Allah! Apakah kamu mengira jika Allah akan menutup aib dirimu sedangkan kamu berbuat maksiat!!”

Pria yang dihardik tersebut tetap tenang dengan lalu menjawab tuduhan Umar dengan berkata:

“Wahai Umar, jangan terburu-buru, mungkin hamba melakukan satu kesalahan, tapi anda melakukan tiga kesalahan,” jawab pria itu. Umar bin Khatab hanya terpaku, si pria meneruskan bicara.

“Yang pertama, Allah berfirman:
Jangan kamu (mengintip) mencari-carai kesalahan orang lain (Al Hujurat:12)

Dan anda telah melakukan hal tersebut dengan mengintip ke dalam rumah hamba,” kata pria tersebut.

“Yang kedua, Allah berfirman:
Masuklah ke rumah-rumah dari pintunya (Al Baqarah: 189)

Dan anda tadi menyelinap masuk ke dalam rumah hamba melalui jendela,” papar pria tersebut.

“Dan yang ketiga, anda sudah memasuki rumah hamba tanpa ijin,

Padahal Allah berfirman:
Jangan kamu masuk ke rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin (An-Nur: 27),” lanjut si pria

Menyadari bahwa dirinya juga salah,
Umar lantas berkata:
“apakah lebih baik disisimu jika aku memaafkanmu?”

Lantas pria tersebut menjawab:
“Ya, amirul mukminin”.

Umar pun memaafkan pria tersebut dan berpamitan pergi dari rumah tersebut.

Dari cerita diatas, dapat kita tengok bahwa seorang imam besar, pemimpin umat seperti amirul mukiminin Umar bin Khatab yang tersohor tersebut mau mendengarkan nasehat orang lain, bahkan orang yang bersalah.

Nasehat itu tidak perlu dilihat siapa yang berkata, namun harus dilihat apa yang dinasehatkan. Selain itu kita juga harus selalu mengembangkan prasangka baik kepada siapapun, terutama saudara sasama muslim.

Janganlah mencari-cari kesalahan mereka.
Misalnya, tidak berjumpa di pengajian, kita sudah berpikir bahwa ia lalai dari mengingat Allah, tidak jumpa di shalat Jum’at, ia kita anggap mementingkan dunia.

Bahkan ketika kita melihat pria sedang bersenda gurau dengan lawan jenis, kita anggap bahwa dia telah terkunci mata hatinya.

Dengan prasangka seperti itu, bisa jadi kita telah melakukan kesalahan yang lebih besar dibandingkan saudara kita tersebut. Oleh karena itu mari kita kembangkan sikap berprasangka baik kepada siapapun.


Wallahu A'lam Bish-Shawab
Continue reading →

Monday, August 21, 2017

Al-Hikam Pasal 10: Ikhlas Adalah Ruh Amal
Unknown

Al-Hikam Pasal 10: Ikhlas Adalah Ruh Amal

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

salawat dan salam untuk nabi muhamad salallahu alayhi wasalam beserta keluarga dan para sahabatnya

bismillahirramanirrahim

Al-Hikam: Ikhlas Adalah Ruh Amal - Dalam kitab Al-Hikam, Syaikh Ahmad bin Muhammad Athaillah menjelaskan sebagai berikut:








٭ الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها ٭

"Amal perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang roh [jiwanya], ialah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu."

Amal ialah,  geraknya badan lahir atau hati.

amal itu digambarkan sebagai tubuh/jasad.

sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya.

yakni, badan tanpa ruh berarti mati.

amal lahir atau amal hati itu bisa hidup hanya dengan adanya ikhlas.
Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”
albayyinah 5.
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya.”
Az-zumar 2.

Imam Hasan Al-Bashari, barkata:
“Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a. tentang ikhlas,

beliau menjawab:
Aku pernah bertanya kepada Rasululloh SAW ikhlas itu apa,

beliau menjawab:
Aku pernah menanyakan tentang ikhlas itu kepada malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab:

Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Allah Rabbul 'Izzaah, dan IA menjawab:

"IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg Kutitipkan di hati hambaKU yg Aku cintai."

Ikhlas itu berbeda/bertingkat sesuai dengan perbedaan orang yang beramal.

Keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan amal perbuatan itu telah bersih dari pada riya' yang nampak ataupun yang tersembunyi,

sedang tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya ,dan supaya diselamatkan dari neraka-Nya.

Keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Allah,
yang beramal hanya karena mengagungkan Allah,
karena hanya Alloh dzat yang wajib di Agungkan,
tidak karena pahala atau selamat dari siksa neraka.

Sayyidah Robi’ah al-‘Adawiyyah bermunajat pada Allah:

"Ya Allah, saya beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga tidak karena cinta dengan surgamu"
Perkataan ini masih menganggap dirinya yang beribadah(mengaku bisa beribadah).

Keikhlasan orang –orang yang sudah Ma’rifat kepada Allah.
Mereka selalu melihat kepada Allah,
gerak dan diamnya badan dan hatinya itu semua atas kehendak Allah, mereka tidak merasa kalau bisa beramal,
kecuali diberi pertolongan oleh Allah, tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri.
Continue reading →

Saturday, August 19, 2017

PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENYOMBONGKAN AMAL
Unknown

PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENYOMBONGKAN AMAL



assalam mu'alaykum warohmatullahi wabarokatu
salawat dan salam untuk baginda rasul muhamad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya

bismillahirahmannirahim

TERJEMAH ALHIKAM


JANGAN MENYOMBONGKAN AMALMU



٭ رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ ٭


”Terkadang Allah membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada Allah”.

   Taat itu terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti ujub (bangga dengan amalnya) dll.

Sedangkan dosa itu terkadang di ikuti dengan merasa hina dirinya dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya,

dan menjadikan dia meminta ampun kepada Allah sehingga menjadi sebab Allah mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Allah.

Abu hurairah ra. berkata:

Bersabda Nabi saw. “Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menyingkikan (mematikan)kamu,
dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Allah,
lalu di ampuni oleh Allah.

٭ مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً ٭

”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Allah,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

 Merasa hina, rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Allah.

Syeikh Abu Madyan berkata:
inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I

Perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa,

"itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat".

Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di kerjakan sebelumnya.

Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Allah, yang menyebabkan keselamatan pada dirinya.

As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin Ayyud:

bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid.

Maka ketika pelacur itu mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata:

"pergi kau dari sini"

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Allah) telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu.
Maka berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.

Al-harits Al-muhasiby berkata:

Allah menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan batinnya(hati),

maka apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri,

maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Allah dari si aabid dan alim.

Ada pula kisah: seorang aabid bani israil sedang sujud,

tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata:
angkat kakimu, Demi Allah aku tidak akan mengmpunkan engkau.

Maka allah menjawab:

Hai orang yang bersumpah atas namaKu,

bahkan engkau tidak diampunkan karena kesombonganmu.

Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar disisi Allah, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni Allah.
Continue reading →