Menu
Propellerads

Saturday, September 30, 2017

MASIH BERANIKAH KAMU BERBURUK SANGKA?
Unknown

MASIH BERANIKAH KAMU BERBURUK SANGKA?



Pada masa kekhalifahan beliau, Umar bin Khatab adalah khalifah yang selalu berjalan tengah malam untuk mengetahui keadaan kota dan keadaan rakyatnya.

Dengan inspeksi langsung inilah amirul mukminin kedua ini dapat mengetahui kondisi rakyatnya secara sebenar-benarnya.

Masa telah lewat malam saat beliau melewati sebuah rumah yang dari luar terdengar seorang pria di dalam rumah yang sedang asyik tertawa. Semakin beliau mendekat, beliau juga mendengar suara gelak tawa wanita.

Khalifah Umar bin Khatab mengintip rumah tersebut lalu memanjat jendela dan masuk ke rumah tersebut. Beliau menghardik pria tersebut dengan berucap:

“Hai hamba Allah! Apakah kamu mengira jika Allah akan menutup aib dirimu sedangkan kamu berbuat maksiat!!”

Pria yang dihardik tersebut tetap tenang dengan lalu menjawab tuduhan Umar dengan berkata:

“Wahai Umar, jangan terburu-buru, mungkin hamba melakukan satu kesalahan, tapi anda melakukan tiga kesalahan,” jawab pria itu. Umar bin Khatab hanya terpaku, si pria meneruskan bicara.

“Yang pertama, Allah berfirman:
Jangan kamu (mengintip) mencari-carai kesalahan orang lain (Al Hujurat:12)

Dan anda telah melakukan hal tersebut dengan mengintip ke dalam rumah hamba,” kata pria tersebut.

“Yang kedua, Allah berfirman:
Masuklah ke rumah-rumah dari pintunya (Al Baqarah: 189)

Dan anda tadi menyelinap masuk ke dalam rumah hamba melalui jendela,” papar pria tersebut.

“Dan yang ketiga, anda sudah memasuki rumah hamba tanpa ijin,

Padahal Allah berfirman:
Jangan kamu masuk ke rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin (An-Nur: 27),” lanjut si pria

Menyadari bahwa dirinya juga salah,
Umar lantas berkata:
“apakah lebih baik disisimu jika aku memaafkanmu?”

Lantas pria tersebut menjawab:
“Ya, amirul mukminin”.

Umar pun memaafkan pria tersebut dan berpamitan pergi dari rumah tersebut.

Dari cerita diatas, dapat kita tengok bahwa seorang imam besar, pemimpin umat seperti amirul mukiminin Umar bin Khatab yang tersohor tersebut mau mendengarkan nasehat orang lain, bahkan orang yang bersalah.

Nasehat itu tidak perlu dilihat siapa yang berkata, namun harus dilihat apa yang dinasehatkan. Selain itu kita juga harus selalu mengembangkan prasangka baik kepada siapapun, terutama saudara sasama muslim.

Janganlah mencari-cari kesalahan mereka.
Misalnya, tidak berjumpa di pengajian, kita sudah berpikir bahwa ia lalai dari mengingat Allah, tidak jumpa di shalat Jum’at, ia kita anggap mementingkan dunia.

Bahkan ketika kita melihat pria sedang bersenda gurau dengan lawan jenis, kita anggap bahwa dia telah terkunci mata hatinya.

Dengan prasangka seperti itu, bisa jadi kita telah melakukan kesalahan yang lebih besar dibandingkan saudara kita tersebut. Oleh karena itu mari kita kembangkan sikap berprasangka baik kepada siapapun.


Wallahu A'lam Bish-Shawab
Continue reading →

Monday, August 21, 2017

Al-Hikam Pasal 10: Ikhlas Adalah Ruh Amal
Unknown

Al-Hikam Pasal 10: Ikhlas Adalah Ruh Amal

Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

salawat dan salam untuk nabi muhamad salallahu alayhi wasalam beserta keluarga dan para sahabatnya

bismillahirramanirrahim

Al-Hikam: Ikhlas Adalah Ruh Amal - Dalam kitab Al-Hikam, Syaikh Ahmad bin Muhammad Athaillah menjelaskan sebagai berikut:








٭ الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها ٭

"Amal perbuatan itu sebagai kerangka yang tegak, sedang roh [jiwanya], ialah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu."

Amal ialah,  geraknya badan lahir atau hati.

amal itu digambarkan sebagai tubuh/jasad.

sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya.

yakni, badan tanpa ruh berarti mati.

amal lahir atau amal hati itu bisa hidup hanya dengan adanya ikhlas.
Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus”
albayyinah 5.
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas)kepada-Nya.”
Az-zumar 2.

Imam Hasan Al-Bashari, barkata:
“Aku pernah bertanya kepada shahabat Hudzaifah r.a. tentang ikhlas,

beliau menjawab:
Aku pernah bertanya kepada Rasululloh SAW ikhlas itu apa,

beliau menjawab:
Aku pernah menanyakan tentang ikhlas itu kepada malaikat Jibril a.s dan beliau menjawab:

Aku pernah bertanya tentang hal itu kepada Allah Rabbul 'Izzaah, dan IA menjawab:

"IKHLAS ialah RAHASIA di antara rahasia-rahasiaKU yg Kutitipkan di hati hambaKU yg Aku cintai."

Ikhlas itu berbeda/bertingkat sesuai dengan perbedaan orang yang beramal.

Keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, dan amal perbuatan itu telah bersih dari pada riya' yang nampak ataupun yang tersembunyi,

sedang tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya ,dan supaya diselamatkan dari neraka-Nya.

Keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Allah,
yang beramal hanya karena mengagungkan Allah,
karena hanya Alloh dzat yang wajib di Agungkan,
tidak karena pahala atau selamat dari siksa neraka.

Sayyidah Robi’ah al-‘Adawiyyah bermunajat pada Allah:

"Ya Allah, saya beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga tidak karena cinta dengan surgamu"
Perkataan ini masih menganggap dirinya yang beribadah(mengaku bisa beribadah).

Keikhlasan orang –orang yang sudah Ma’rifat kepada Allah.
Mereka selalu melihat kepada Allah,
gerak dan diamnya badan dan hatinya itu semua atas kehendak Allah, mereka tidak merasa kalau bisa beramal,
kecuali diberi pertolongan oleh Allah, tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri.
Continue reading →

Saturday, August 19, 2017

PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENYOMBONGKAN AMAL
Unknown

PERINGATAN BAGI ORANG YANG MENYOMBONGKAN AMAL



assalam mu'alaykum warohmatullahi wabarokatu
salawat dan salam untuk baginda rasul muhamad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya

bismillahirahmannirahim

TERJEMAH ALHIKAM


JANGAN MENYOMBONGKAN AMALMU



٭ رُبَّماَ فَتَحَ لكَ باَبَ الطَّاعةِ وَماَ فَتَحَ لكَ بَابَ القَبُولِ. وَرُبَّمَا قَضىَ عليكَ بالذ َّنْبِ فَكانَ سَبَباً فِي الوُصوُلِ ٭


”Terkadang Allah membukakan untukmu pintu taat, tetapi belum dibukakan pintu kabul (penerimaan), Sebagaimana adakalanya ditaqdirkan engkau berbuat dosa, tetapi menjadi sebab Wusul (sampaimu) kepada Allah”.

   Taat itu terkadang bibarengi dengan penyakit hati yang bisa menghilangkan ikhlas,seperti ujub (bangga dengan amalnya) dll.

Sedangkan dosa itu terkadang di ikuti dengan merasa hina dirinya dan menganggap baik orang yang tidak melakukannya,

dan menjadikan dia meminta ampun kepada Allah sehingga menjadi sebab Allah mengampuni dosanya, dan bisa wushul kepada Allah.

Abu hurairah ra. berkata:

Bersabda Nabi saw. “Demi Allah yang jiwaku ada di tanganNya, andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menyingkikan (mematikan)kamu,
dan diganti dengan orang-orang yang berbuat dosa lalu minta ampun kepada Allah,
lalu di ampuni oleh Allah.

٭ مَعْصِيَة ٌ اَورَثـْتَ ذُلاًّ واَفـْتِقَاراً خَيرٌ من طاَعةٍ اَوْرَثـْتَ عِزًّ واسْتِكباَراً ٭

”Maksiat (dosa) yang menjadikan rendah diri dan membutuhkan rahmat dari Allah,itu lebih baik dari perbuatan taat yang membangkitkan rasa sombong, ujub dan merendahkan orang lain”.

 Merasa hina, rendah diri itu bagian dari sifatnya seorang hamba kepada Allah.

Syeikh Abu Madyan berkata:
inkitsarun lil-‘aashi khoirun min wushuulil-muthii’I

Perasaan rendah diri yang telah berbuat dosa,

"itu lebih baik dari kesombongan seorang yang taat".

Ada kalanya seorang hamba berbuat kebaikan yang menimbulkan rasa ujub,sombong, sehingga menggugurkan amal yang di kerjakan sebelumnya.

Dan ada kalanya seorang berbuat dosa yang menyedihkan hatinya, sehingga timbul rasa takut kepada Allah, yang menyebabkan keselamatan pada dirinya.

As-sya’by meriwayatkan dari Al kholil bin Ayyud:

bahwasanya seorang ‘abiid (ahli ibadah) Bani israil,ketika ia berjalan ia selalu dinaungi oleh awan, tiba-tiba ada seorang pelacur bani israil tergerak hatinya, ingin mendekat kepada si ‘Abid.

Maka ketika pelacur itu mendekat pada si ‘abid, tiba-tiba si abid itu mengusirnya dengan berkata:

"pergi kau dari sini"

Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi, bahwa Aku(Allah) telah mengampuni dosa pelacur itu dan membatalkan amal aabid itu.
Maka berpindahlah awan dari atas kepala aabid ke atas kepala pelacur itu.

Al-harits Al-muhasiby berkata:

Allah menghendaki supaya anggauta lahir ini sesuai dengan batinnya(hati),

maka apabila sombong congkak seorang alim/aabid, sedangkan pelacur itu tawadhu’ merendahkan diri,

maka ketika itu pelacur itu lebih taat kepada Allah dari si aabid dan alim.

Ada pula kisah: seorang aabid bani israil sedang sujud,

tiba-tiba kepalanya diinjak oleh orang,maka aabid itu berkata:
angkat kakimu, Demi Allah aku tidak akan mengmpunkan engkau.

Maka allah menjawab:

Hai orang yang bersumpah atas namaKu,

bahkan engkau tidak diampunkan karena kesombonganmu.

Al Harits berkata: Dia bersumpah karena merasa diri besar disisi Allah, maka kesombongan, ujub itulah yang tidak di ampuni Allah.
Continue reading →

Wednesday, August 16, 2017

 BERSANDARLAH KEPADA ALLAH JANGAN KEPADA AMAL
Unknown

BERSANDARLAH KEPADA ALLAH JANGAN KEPADA AMAL



salawat dan salam untuk baginda rasul muhamad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya,

bismillahirrahmanirrahim,



TERJEMAH ALHIKAM







٭ مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلل ِ٭



“Sebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.



 Orang yang melakukan amal ibadah itu pasti punya pengharapan kepada Allah, meminta kepada Allah supaya hasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu Allah.



sehingga apabila terjadi kesalahan, seperti, terlanjur melakukan maksiat, atau meninggalkan ibadah rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang pengharapannya kepada Allah.  sehingga apabila berkurang pengharapan kepada rohmat Allah, maka amalnyapuan akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.



seharusnya dalam beramal itu semua dikehendaki dan dijalankan oleh Allah. sedangkan dirikita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Allah.



Kalimat: Laa ilaha illallah. Tidak ada Tuhan kecuali Allah, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak melainkan Allah.



Pada dasarnya syari’at menyuruh kita berusaha dan beramal. Sedang hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha itu, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah subhanahu wata’ala.



Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah subhanahu wata’ala.
Continue reading →