Di terjemahkan dari kitab riyadhus shalihin
pasal 71
tentang betapa pentingnya setiap insan, memilki sikap dan budi pekerti yang luhur, tanpa memandang ras, dan golongan
Menundukkan Sayap — Yakni Merendahkan Diri — Kepada Kaum Mu'minin
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan tundukkanlah sayapmu - yakni rendahkanlah dirimu -kepada kaum mu'minin." (al-Hijr: 88)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa yang surut kembali dari agamanya - yakni menjadi orang murtad, maka Allah nanti akan mendatangkan kaum yang dicintai olehNya dan mereka pun mencintai Allah. Mereka itu bersikap merendahkan diri kepada kaum mu'minin dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir." (al-Maidah: 54)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami - Allah - menciptakan engkau semua itu dari jenis lelaki dan wanita dan menjadikan engkau semua berbangsa-bangsa serta berkabilah-kabilah, agar supaya engkau semua saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang termulia di antara engkau semua di sisi Allah ialah orang yang bertaqwa dari kalanganmu itu." (al-Hujurat: 13)
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Janganlah engkau semua melagak-lagakkan dirimu sebagai orang suci. Allah adalah lebih mengetahui kepada siapa yang sebenarnya bertaqwa." (an-Najm: 32)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan orang-orang yang menempati a'raf - tempat-tempat yang tinggi-tinggi - itu berseru kepada beberapa orang yang dikenalnya kerana tanda-tandanya, mereka mengatakan: "Apa yang telah engkau semua kumpulkan dan apa yang telah engkau semua sombongkan itu tidaklah akan memberikan pertolongan kepadamu. Inikah orang-orang yang telah engkau semua persumpahkan, bahawa mereka tidak akan mendapatkan kerahmatan dari Allah? Kepada mereka itu dikatakan: "Masuklah engkau semua dalam surga, engkau semua tidak perlu merasa ketakutan dan tidak pula bersedih hati." (al-A'raf: 48-49)
600. Dari 'lyadh bin Himar r.a., katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu kepadaku, hendaklah engkau semua itu bersikap tawadhu', sehingga tidak ada seseorang yang membanggakan dirinya di atas orang lain - yakni bahawa dirinya lebih mulia dari orang lain - dan tidak pula seseorang itu menganiaya kepada orang lain - kerana orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina dari dirinya sendiri." (Riwayat Muslim)
601. Dari Abu Hurairah r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidaklah sedekah itu akan mengurangi dari harta seseorang dan tidaklah Allah menambahkan seseorang itu dengan pengampunan melainkan ditambah pula kemuliaannya dan tidaklah seseorang itu bertawadhu' kerana mengharapkan keredhaan Allah, melainkan Allah akan mengangkat darjat orang itu." (Riwayat Muslim)
602. Dari Anas r.a.
602. Dari Anas r.a.
bahawasanya ia berjalan melalui anak-anak, kemudian ia memberikan salam kepada mereka ini dan berkata: "Nabi s.a.w. juga melakukan sedemikian." (Muttafaq 'alaih)
603. Dari Anas r.a. pula, katanya:
"Bahawasanya ada seorang hamba sahaya wanita dari golongan hamba sahaya wanita yang ada di Madinah mengambil tangan Nabi s.a.w. lalu wanita itu berangkat dengan beliau s.a.w. ke mana saja yang dikehendaki oleh wanita itu." Ini menunjukkan bahawa beliau s.a.w. selalu merendahkan diri. (Riwayat Bukhari)
604. Dari al-Aswad bin Yazid, katanya:
"Saya bertanya kepada Aisyah radhiallahu 'anha, apakah yang dilakukan oleh Nabi s.a.w. di rumahnya?" Aisyah menjawab: "Beliau s.a.w. melakukan pekerjaan keluarganya - yakni melayani atau membantu pekerjaan keluarganya. Kemudian jikalau datang waktu shalat, lalu beliau keluar untuk mengerjakan shalat itu." (Riwayat Bukhari)
605. Dari Abu Rifa'ah yaitu Tamim bin Usaid r.a., katanya:
"Saya sampai kepada Nabi s.a.w. dan waktu itu beliau sedang berkhutbah, lalu saya berkata: "Ya Rasulullah, ada seorang yang gharib - asing yakni bukan penduduk negeri itu - datang untuk menanyakan agamanya yang ia tidak mengerti apakah agamanya itu." Rasulullah s.a.w. lalu menghadap kepada saya dan meninggalkan khutbahnya, sehingga sampailah ke tempat saya. Beliau s.a.w. diberi sebuah kursi kemudian duduk di situ dan mulailah mengajarkan pada saya dari apa-apa yang diajarkan oleh Allah padanya. Selanjutnya beliau mendatangi tempat khutbahnya lalu menyempurnakan khutbahnya itu." (Riwayat Muslim)
606. Dari Anas r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. apabila makan sesuatu makanan, maka beliau itu menjilati jari-jarinya yang tiga - yakni ibu jari, telunjuk dan jari tengah. Anas berkata: "Rasulullah bersabda: "Jikalau suapan seseorang dari engkau semua itu jatuh, maka buanglah daripadanya itu apa-apa yang kotor dan setelah itu makanlah dan janganlah ditinggalkan untuk dimakan syaitan - yang masih bersih tadi. Beiiau s.a.w. juga menyuruh supaya bejana tempat makanan itu dijilati pula. Beliau bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak mengetahui dalam makanan yang manakah yang di situ ada berkahnya." (Riwayat Muslim)
607. Dari Abu Hurairah r.a.
dari Nabi s.a.w. sabdanya:.
"Tiada seorang Nabi pun yang diutus oleh Allah, melainkan ia tentu menggembala kambing." Para sahabatnya bertanya: "Dan tuan?" Beliau s.a.w. menjawab: "Ya, saya juga menggembala kambing itu, iaitu di Qararith. Kambing itu kepunyaan penduduk Makkah." Arti Qararith periksalah dalam Hadis no. 598. (Riwayat Bukhari)
608. Dari Abu Hurairah r.a.
dari Nabi s.a.w., katanya: "Andaikata saya dipanggil untuk mendatangi jamuan berupa kaki bawah atau pun kaki atas - maksudnya baik pun makanan yang tidak berharga ataupun yang amat tinggi nilainya, niscayalah saya akan mengabulkan undangan itu. juga andaikata saya diberi hadiah berupa kaki atas atau kaki bawah, nescayalah saya suka menerimanya." (Riwayat Bukharj)
dari Nabi s.a.w., katanya: "Andaikata saya dipanggil untuk mendatangi jamuan berupa kaki bawah atau pun kaki atas - maksudnya baik pun makanan yang tidak berharga ataupun yang amat tinggi nilainya, niscayalah saya akan mengabulkan undangan itu. juga andaikata saya diberi hadiah berupa kaki atas atau kaki bawah, nescayalah saya suka menerimanya." (Riwayat Bukharj)
609. Dari Anas r.a. katanya:
"Adalah untanya Rasulullah s.a.w. itu diberi nama 'Adhba', tidak pernah didahului atau hampir tidak dapat didahului.
Maka datanglah seorang A'rab duduk di atas kenderaan yang dinaikinya, kemudian mendahului unta beliau s.a.w. itu.
Hal itu dirasakan berat sekali atas kaum Muslimin - yakni kaum merasa tidak senang terhadap kelakuan orang A'rab tadi -A'rab ialah orang yang berdiam di negeri Arab bahagian pedalaman.
Hal itu - yakni keberatan kaum Muslimin tadi -diketahui oleh beliau s.a.w., kemudian beliau bersabda: "Adalah merupakan hak Allah bahawasanya tidaklah sesuatu dari keduniaan itu meninggi, melainkan pasti akan diturunkannya," maksudnya bahawa harta atau kedudukan itu jikalau sudah mencapai puncak ketinggiannya dan tidak digunakan sebagaimana mestinya tuntutan agama, pasti akan diturunkan kembali oleh Allah. (Riwayat Bukhari)
Tidak diperbolehkannya Bersikap Sombong Dan Merasa Heran Pada Diri Sendiri
Allah Ta'ala berfirman:
"Perumahan akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak hendak berbuat sewenang-wenang di bumi dan tidak perlu hendak melakukan kerusakan, sedang kesudahan - yang baik -adalah untuk orang-orang yang bertaqwa." (al-Qashash: 83)
Allah Ta'ala berfirman pula:
"Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan sombong." (al-lsra': 37)
Allah Ta'ala berfirman lagi:
"Janganlah engkau memalingkan muka dan para manusia sebab kesombongan dan janganlah berjalan di bumi dengan takabbur, sesungguhnya Allah itu tidak suka kepada setiap orang yang sombong dan membanggakan diri." (Luqman: 18)
Makna tusha'-'ir khaddaka ialah engkau membuang muka atau memalingkannya dari orang banyak kerana berlagak sombong kepada mereka itu, sedang almarah atau maraha ialah kesombongan atau takabbur.
Allah Ta'ala juga berfirman:
"Sesungguhnya Qarun itu termasuk dalam golongan kaumnya Musa, tetapi ia melakukan aniaya kepada mereka. Kami memberikan kepadanya gedung simpanan kekayaan yang anak kuncinya saja berat dipikul oleh sekumpulan orang yang kuat. Perhatikanlah ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah engkau bergembira - melampaui batas, sesungguhnya Allah itu tidak senang kepada orang yang bergembira - secara melampaui batas - itu," sehingga firmanNya: "Kemudian ia dan rumahnya Kami benamkan ke dalam tanah," sampai akhirnya ayat-ayat itu.
610. Dari Abdullah bin Mas'ud r.a.
dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Tidak dapat masuk surga seseorang yang dalam hatinya ada sifat kesombongannya seberat debu."
Kemudian ada orang berkata: "Sesungguhnya seseorang itu ada yang senang jikalau pakaiannya itu baik dan terumpahnya pun baik."
Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan. Kesombongan itu ialah menolak kebenaran dan menghinakan orang banyak."
(Riwayat Muslim)
Batharulhaqqi ialah menolak kebenaran dan mengembalikannya kepada orang yang mengucapkannya itu - yakni memberikan bantahan pada kebenaran tadi, sedang ghamthun-nasi ialah menghinakan para manusia.
611. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a.
bahawasanya ada seorang lelaki makan di sisi Rasulullah s.a.w. dengan menggunakan tangan kirinya,
lalu beliau s.a.w. bersabda: "Makanlah dengan menggunakan tangan kananmu."
Orang itu berkata: "Saya tidak dapat makan sedemikian itu."
Beliau s.a.w. bersabda: "Tidak dapat engkau?" Ia berbuat sedemikian itu tidak ada yang mendorongnya, melainkan kesombongannya juga.
Salamah berkata: "Orang itu akhirnya benar-benar tidak dapat mengangkat tangan kanannya ke mulutnya," yakni tangannya terus cacat untuk selama-lamanya, sebab tidak dapat digunakan apa-apa. (Riwayat Muslim)
612. Dari Haritsah bin Wahab r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tidaklah saya memberitahukan padamu semua, siapakah ahli neraka itu? Mereka itu ialah orang yang keras kepala, suka mengumpulkan harta tetapi enggan membelanjakannya - untuk kebaikan - lagi bersikap sombong." (Muttafaq 'alaih)
Keterangan Hadis ini telah dihuraikan dalam bab Golongan orang-orang lemah dari kaum Muslimin - lihat Hadis no. 252.
613. Dari Abu Said al-Khudri r.a.
Dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Surga dan neraka berbantah-bantahan.
Neraka berkata:
"Di tempatku ada orang-orang yang gagah-gagah - suka menekankan kemauannya pada orang banyak - lagi orang-orang yang sombong."
Surga berkata:
"Di tempatku adalah orang-orang yang lemah dan kaum miskin." Allah kemudian memberikan keputusan antara kedua makhluk ini,
firmanNya:
"Sesungguhnya engkau surga adalah kerahmatanKu dan denganmu lah Aku merahmati siapa saja yang Ku kehendaki,
sedang sesungguhnya engkau neraka adalah siksaKu yang denganmu lah Aku menyiksa siapa saja yang Ku kehendaki.
Masing-masing dari keduamu itu atas tanggungan Ku lah perkara isinya." (Riwayat Muslim)
614. Dari Abu Hurairah r.a.
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah tidak akan melihat pada hari kiamat nanti kepada seseorang yang menarik sarungnya - yakni melemberehkan pakaiannya sampai ke bawah kaki - dengan tujuan kesombongan." (Muttafaq 'alaih)
615. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya:
"Ada tiga macam orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak pula menganggap mereka sebagai orang bersih - dari dosa, juga tidak hendak melihat mereka itu dan bahkan mereka akan memperolehi siksa yang pedih sekali, iaitu orang tua yang berzina, raja-kepala negara-yang suka berbohong dan orang miskin yang sombong." (Riwayat Muslim)
616. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Allah 'Azzawajalla berfirman - dalam Hadis Qudsi: "Kemuliaan adalah sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu.
Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya," artinya mencabut ialah merasa dirinya paling mulia atau berlagak sombong. (Riwayat Muslim)
617. Dari Abu Hurairah r.a. pula
Maka barangsiapa yang mencabut salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pastilah Aku menyiksa padanya," artinya mencabut ialah merasa dirinya paling mulia atau berlagak sombong. (Riwayat Muslim)
617. Dari Abu Hurairah r.a. pula
bahawasanya Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Pada suatu ketika ada seorang lelaki yang berjalan dengan mengenakan pakaian yang merasa heran - bangga - dengan dirinya sendiri, ia menyisir rapi-rapi akan rambutnya lagi pula berlagak sombong di waktu berjalan, tiba-tiba Allah membenamkannya, maka ia tenggelamlah dalam bumi sehingga besok hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)
618. Dari Salamah bin al-Akwa' r.a.
katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Tidak henti-hentinya seseorang itu menyombongkan dirinya sehingga dicatatlah ia dalam golongan orang-orang yang congkak, maka akan mengenai pada orang itu bahaya yang juga mengenai golongan manusia-manusia yang congkak."
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan.
Yadz-habu binafsihi ertinya merasa dirinya tinggi dan juga berlaku sombong.
0 comments:
Terima Kasih
Telah bersedia meluangkan waktu untuk mengunjungi samudramakrifat.blogspot.com
Atau jika anda ingin mendapatkan artikel terbaru dari samudramakrifat.blogspot.com silahkan masukkan E-mail anda kedalam kolom "IKUTI LEWAT EMAIL"
Dan sebelum Anda meninggalkan halaman ini, silahkan masukkan "KOMENTAR" Anda